VIDIO PILIHAN

Cari Blog Ini

TV @ FARDHU TV online- Saudi Quran tv channel live online

CLIK TONTON TV ISLAM

Khamis, 29 November 2018

Kisah Sahabat Nabi: Ikrimah bin Abu Jahal, Mukmin Muhajir dan Mujahid

 
Kisah Sahabat Nabi: Ikrimah bin Abu Jahal, Mukmin Muhajir dan Mujahid 

Ikrimah berusia 30 tahun ketika Rasulullah mulai menyampaikan dawah Islam secara terbuka. Ia adalah seorang bangsawan Quraisy yang dihormati, kaya, dan berasal dari keturunan ningrat. Kalaulah tidak terhalang oleh sikap ayahnya yang sangat keras menentang Islam, agaknya ia telah masuk Islam lebih awal, sebagaimana putra-putra Makkah yang berpandangan luas dan maju, seperti Saad bin Abi Waqqash dan Mush’ab bin Umair.

Ikrimah dikenal sebagai pemuda Quraisy yang gagah berani dan seorang penunggang kuda yang mahir. Ia memusuhi Rasulullah hanya karena didorong oleh sikap keras ayahnya yang sangat membenci beliau. Oleh sebab itu, Ikrimah turut memusuhi Rasulullah lebih keras lagi dan menganiaya para sahabat lebih kejam dan bengis, untuk menyenangkan hati ayahnya.

Sejak kematian ayahnya dalam Perang Badar, sikap dan pandangan Ikrimah terhadap kaum Muslimin berubah. Kalau dulu ia memusuhi kaum Muslimin lantaran untuk menyenangkan hati ayahnya, maka kini ia memusuhi Rasulullah dan para sahabatnya karena dendam atas kematian ayahnya. Dan dendam itu ia lampiaskan dalam Perang Uhud.

Ketika Perang Khandaq meletus, kaum musyrikin Quraisy mengepung kota Madinah selama berhari-hari. Ikrimah bin Abu Jahal tak sabar dengan pengepungan yang membosankan itu. Lalu ia nekad menyerbu benteng kaum Muslimin. Usahanya sia-sia, bahkan merugikannya hingga ia lari terbirit-birit di bawah hujan panah kaum Muslimin.

Ketika Fathu Makkah (penaklukan kota Makkah), kaum Quraisy memutuskan tidak akan menghalangi Rasulullah dan kaum Muslimin masuk kota Makkah. Tapi Ikrimah dan beberapa orang pengikutnya tak mengindahkan keputusan itu. Mereka menyerang pasukan besar kaum Muslimin. Namun serangan itu dapat dipatahkan oleh Panglima Khalid bin Walid. Ikrimah melarikan diri ke Yaman lantaran takut dihukum mati oleh Rasulullah.

Ummu Hakim, istri Ikrimah, menemui Rasulullah untuk meminta ampunan. Rasulullah memenuhi permohonan itu. Maka Ummu Hakim pun berangkat menyusul Ikrimah. Setelah bertemu dengan Ikrimah di tempat pengasingannya, Ummu Hakim membujuk suaminya agar mau kembali ke Makkah. Ummu Hakim juga mengabarkan bahwa Rasulullah telah mengampuni dan memaafkannya.

Ketika Ikrimah dan istrinya hampir tiba di kota Makkah, Rasulullah berkata kepada para sahabat, "Ikrimah bin Abu Jahal akan datang ke tengah-tengah kalian sebagai Mukmin dan Muhajir. Karena itu, janganlah kalian memaki ayahnya. Sebab memaki orang yang sudah meninggal berarti menyakiti orang yang hidup. Padahal makian itu tidak terdengar oleh orang yang sudah meninggal."

Ketika Ikrimah dan istrinya memasuki majelis Rasulullah, beliau menyambutnya dengan gembira. Ketika Rasulullah duduk kembali, Ikrimah duduk pula di hadapan beliau dan mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai tanda keislamannya. Setelah itu, Ikrimah memohon kepada Rasulullah untuk mendoakannya agar Allah mengampuni dosa-dosa dan kesalahannya yang telah lalu. Rasulullah pun memenuhi permintaan Ikrimah itu.

Maka wajah Ikrimah pun berseri-seri. Kemudian ia berkata, "Demi Allah, ya Rasulullah. Tak satu sen pun dana yang telah saya keluarkan untuk memberantas agama Allah di masa lalu, melainkan mulai saat ini akan saya tebus dengan dengan mengorbankan hartaku berlipat ganda untuk menegakkan agama Allah. Dan tak seorang pun kaum Muslimin yang telah gugur di tanganku, melainkan akan kutebus dengan membunuh kaum musyrikin berlipat ganda, demi untuk menegakkan agama Allah."

Sejak itu, Ikrimah menggabungkan diri ke dalam barisan dakwah sebagai anggota pasukan berkuda yang cekatan dan gagah berani di medan perang. Disamping itu, Ikrimah juga menjadi seorang ahli ibadah dan pembaca Alquran yang tekun di masjid.

Ketika terjadi Perang Yarmuk, Ikrimah maju berperang seperti kesetanan. Melihat tindakan nekat itu, Khalid bin Walid, yang menjadi panglima pasukan segera mengejar, "Ikrimah, kamu jangan bodoh! Kembali! Kematianmu adalah kerugian besar bagi kaum Muslimin."

Namun Ikrimah tidak mempedulikan peringatan tersebut. "Biarkan saja, ya Khalid. Biarkan aku menebus dosa-dosaku yang telah lalu. Aku telah memerangi Rasulullah di beberapa medan peperangan. Pantaskah setelah masuk Islam, aku lari dari tentara Romawi ini? Tidak, sesekali tidak!" Kemudian dia berteriak, "Siapakah yang berani mati bersamaku?"

Beberapa orang segera melompat ke samping Ikrimah, kemudian menerjang ke depan, menghalau pasukan lawan yang terus maju. Akhirnya, walau korban berjatuhan, mereka berhasil memukul mundur pasukan Romawi dengan kemenangan yang gemilang.

Di akhir pertempuran, di bumi Yarmuk berjejer tiga mujahid Muslim yang terkapar dalam keadaan kritis. Mereka menderita luka yang sangat parah; Al-Harits bin Hisyam, Ayyasy bin Abi Rabi'ah dan Ikrimah bin Abu Jahal.

Al-Harits meminta air minum. Ketika air didekatkan ke mulutnya, ia melihat Ikrimah dalam keadaan seperti yang ia alami. "Berikan dulu kepada Ikrimah," kata Al-Harits.

Ketika air didekatkan ke mulut Ikrimah, ia melihat Ayyasy menengok kepadanya. "Berikan dulu kepada Ayyasy!" ujarnya.

Ketika air minum didekatkan ke mulut Ayyasy, dia telah meninggal. Orang yang memberikan air minum segera kembali ke hadapan Harits dan Ikrimah, namun keduanya pun telah meninggal pula.

Sumber : Ahlul Hadits/101 Sahabat Nabi

Selasa, 13 November 2018

Jumaat, 19 Oktober 2018

KIS4H NYATA KAUM LGBT DI INDONESIA! THN 1955 DUSUN HILANG DLM SEM4L4M


Desa Legetan yang Hilang, Sulit diterima akal! Kondisi Terkini PETOBO - PALU RITUAL SYIRIK NOMONI - RIADY LOKASI MASJID TERAPUNG INI DAHULU ADALAH TEMPAT MAKSIAT - RIADY Cerita Mistis Sehari Sebelum Gempa di Palu

Rabu, 26 September 2018

Bani TAMIM adalah “LELAKI DARI TIMUR”

Bani TAMIM adalah “LELAKI DARI TIMUR” Pemegang Panji-Panji AL MAHDI? Dari Abdullah bin Al-Haris ra katanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Akan ada orang-orang yang keluar dari sebelah Timur, lalu mereka mempersiapkan segala urusan untuk Al-Mahdi, yakni pemerintahannya.” (HR. Ibnu Majah & At-Tabrani) Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam telah mengambil tangan Ali dan bersabda : 

“Akan keluar dari sulbi pemuda ini (Ali) yang memenuhi dunia dengan keadilan (Imam Mahdi). Bilamana kamu melihat yang demikian itu, maka wajib kamu mencari Putera dari Bani Tamim (dari keturunan Abu Bakar), dia datang dari sebelah Timur dan dia adalah pemegang panji-panji Al Mahdi” 

(HR. Tabrani dalam Al Ausat Dari kitab Al Hawi lil Fatawa oleh Imam Sayuti) 

Di antara sifat-sifat yang melekat pada Pemuda Bani Tamim adalah: 

1. Dia berketurunan Suku Tamim atau Bani Tamim ; Siapa sesungguhnya keturunan Bani Tamim, untuk hal ini terdapat perbedaan ijtihad di kalangan ulama. 


Di kalangan bangsa Arab ada satu kabilah yang bernama Tamim. Kabilah Tamim ini adalah satu kabilah dari bangsa Quraisy yang mendiami kawasan sekitar kota Makkah. Di antara sahabat yang berasal dari kabilah Tamim ialah sahabat yang paling setia kepada Rasulullah SAW, yaitu Abu Bakar as-Siddiq ra. Ulama lain berpendapat bahwa pemuda Tamim ini adalah berasal dari keturunan Ahlul Bait.


 2. Keturunannya sudah bercampur dengan bangsa Timur ; Pemuda ini adalah seorang yang keturunan Bani Tamimnya telah bercampur dengan bangsa dari timur, ia lebih dikenal sebagai orang dari bangsa Timurnya daripada suku Tamimnya. Jika orang bertanya kepadanya, “Darimana engkau berasal?” Ia akan menjawab, “Dari Timur.” Jika ditanya pula, “Apa kebangsaanmu?” Pemuda Bani Tamim akan menjawab, “Aku dari bangsa Timur.” Keterangan ini dijelaskan oleh Imam Suyuti dalam kitabnya al-Jami’us Soghir. 


3. Pemuda itu bernama Syuaib bin Soleh ; Menurut para penafsir nama tersebut bukan nama yang sebenarnya tetapi merujuk kepada suku bangsanya (suku kecil dari suatu bangsa), dia adalah seorang pemuda yang baik dan berasal dari keluarganya yang terkenal berakhlak baik. Dari segi bahasa Arab, kata Syu’bun berarti suku bangsa atau puak dari suatu bangsa. Sedangkan kata Syu’aibun berarti suatu suku kecil dari sebuah kabilah. Kata Bin berasal dari Ibnun artinya anak lelaki, sedangkan kata Soleh berarti orang yang baik, baik namanya, kepribadiannya, akidahnya, keturunannya, agamanya, pemikirannya dan juga akhlaknya. Sabda Nabi Muhammad SAW, “Pembawa bendera al-Mahdi adalah seorang laki-laki daripada suku Tamim yang datang dari Timur.” Ammar bin Yasir RA berkata, “Pembawa Panji-panji Al-Mahdi adalah Syuaib bin Saleh.” 


4. Kulitnya tidak terlalu gelap dan tidak terlalu putih ; Dikatakan kulitnya berwarna kuning, bahwa Nabi SAW menjelaskan bahawa Pemuda Bani Tamim itu memang bukan berkulit Arab karena orang Arab biasanya berkulit merah atau putih kemerah-merahan.

5. Dia bertutur dengan bahasa Ajam bukan bahasa Arab ; Pemuda ini sehari-harinya bertutur dengan bahasa lokal tempat ia hidup. Namun dia juga tetap bisa bertutur dalam bahasa Arab dengan baik dan fasih, sesuai dengan pendidikan dan suasana keluarganya yang mendorongnya mampu menguasai bahasa Ajam dan Arab. Pemuda Tamim yang disebut dalam hadis sebagai pembantu utama Imam Mahdi. Apa benar Maulana Ilyas rah merangkap pemula gerakan dakwah terbesar dunia yaitu jemaah Tabligh adalah lelaki yang dimaksudkan itu dan apa benar dia berketurunan dari nasab Saidina Abu Bakar As-Siddiq?


http://tangisanmelayu.blogspot.com/search/label/BANI%20TAMIM

Isnin, 20 Ogos 2018

Kisah Abdullah Ibnu Ummi Maktum

Kisah Abdullah Ibnu Ummi Maktum
Yang Buta Tapi Celik Mata Hatinya


Abdullah Ibn Ummi Maktum yang nama sebenarnya adalah Abdullah ibnu Umar ibnu Syuraikh, seorang sahabat suku Quraisy yang juga sepupu kepada isteri Rasululah ﷺ, Ummul Mu’minin Khadijah binti Khuwailid ra.. Bapanya Qais bin Zaid, dan ibunya bernama ‘Atikah binti Abdullah. Ibunya bergelar ‘Umi Maktum’ kerana anaknya (Abdullah Ibnu Ummi Maktum) lahir dalam keadaan buta matanya.

Pada awal sejarah permulaan Islam di Makkah, Ibnu Ummi Maktum memperoleh hidayah untuk turut sama menyertai orang-orang yang telah menganut Islam. Ketika itu beliau masih muda belia, dan qolbunya benar-benar merasai kemanisan iman yang sebenar.


Apabila meningkat ke usia dewasa, beliau berasakan bahawa ajaran Islam telah menjadikan hatinya bersih. Walaupun matanya buta, namun beliau tidak pernah kecewa dengan perkara itu kecuali dirasakan sebagai nikmat besar yang dikurniakan oleh Allah سبحانه وتعالى kepada dirinya. Di mana dengan sebab itu Allah سبحانه وتعالى memberinya kemampuan melihat ajaran kebenaran dengan pancaran mata hatinya. Dengan itu, beliau dapat memahami makna yang hakiki daripada firman Allah سبحانه وتعالى.
أَفَلَمْ يَسِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَآ أَوْ ءَاذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَاۖ فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى ٱلْأَبْصَـٰرُ وَلَـٰكِن تَعْمَى ٱلْقُلُوبُ ٱلَّتِى فِى ٱلصُّدُورِ ﴿٤٦﴾

“Oleh itu, bukankah ada baiknya mereka melakukan perjalanan di muka bumi, sehingga mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami, dan ada telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? (Tetapi kalaulah mereka mengembara pun tidak juga berguna) Sesungguhnya, bukanlah matanya yang buta, tetapi yang buta ialah hatinya, yang ada di dalam dada.” [QS Al Hajj / 22: 46]

Kemudian, timbul keyakinan di dalam hati Ibnu Ummi Maktum bahawa Allah سبحانه وتعالى memberikannya keistimewaan iaitu kelebihan yang diberikan juga kepada orang-orang buta seperti beliau atas manusia lain. Allah سبحانه وتعالى akan membalas mereka dengan pahala syurga selepas beliau mendengar hadis berikut:

Diriwayatkan oleh Anas bin Malik, “Sesungguhnya Jibril datang kepada Rasulullah ﷺ, yang ketika itu Ibnu Ummi Maktum sedang bersama baginda.”

Rasulullah ﷺ lalu bertanya, “Sejak bilakah pandanganmu buta?”
Jawabnya, “Sejak aku kecil.”
Rasulullah ﷺ berkata, “Firman Allah سبحانه وتعالى: “Jika aku mengambil suatu kemuliaan seorang hamba, nescaya AKU tidak akan memberi dia pengganti selain pahala syurga …”

Kumpulan Pertama Memeluk Islam


Abdullah Ibnu Ummi Maktum termasuk kumpulan yang pertama memeluk Islam. Beliau merasai segala jenis suka duka kaum muslimin di Makkah ketika itu. Beliau turut menderita akibat seksaan kaum Quraisy, berupa penganiayaan dan pelbagai macam tindakan kekerasan seperti dialami para sahabat Muslim yang lain.

Namun Abdullah Ibnu Ummi Maktum tidak pernah goyah dan melemahkan keimanannya. Malah beliau semakin teguh berpegang pada ajaran Islam dan Kitabullah. Beliau semakin rajin mempelajari syariat Islam dan sering menghadiri majlis Rasulullah ﷺ. Setiap waktu terluang sentiasa disinya dengan beramal dan setiap kesempatan sering digunakan untuk menambah ilmu tentang Islam.

Rasulullah SAW Memuliakan Abdullah Ibnu Ummi Maktum

Di zaman permulaan tersebut, Rasulullah ﷺ kerap mengadakan dialog dengan pemimpin-pemimpin Quraisy kerana mengharapkan mereka masuk Islam. Pada suatu hari baginda berhadapan dengan ‘Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah,’ Amr bin Hisyam (Abu Jahal), Umayyah bin Khalaf dan Al Walid bin Mughirah (ayah Saiyidina Khalid bin Al Walid). Rasulullah ﷺ berunding dan bertukar fikiran dengan mereka tentang Islam. Baginda sangat teringin agar mereka semua menerima dakwah dan menghentikan penganiayaan terhadap para sahabat baginda. Ketika Rasulullah ﷺ sedang bersungguh-sungguh menyampaikan dakwah, tiba-tiba Abdullah Ibnu Ummi Maktum datang meminta dibacakan kepadanya ayat-ayat Al-Quran.

Kata Abdullah, “Ya, Rasulullah! Ajarkanlah kepadaku ayat-ayat yang telah diajarkan Allah kepadamu!”

Abdullah bukan tidak tahu dan melihat bahawa adanya tetamu besar bersama baginda Nabi tetapi jiwanya yang setiap hari merindui ayat-ayat al-Quran menjadikan raganya kehausan al-Quran dan ternanti-nanti ayat-ayat yang baru.

Rasulullah ﷺ mengelak dan tidak mempedulikan permintaan Abdullah kerana sangat sibuk bercakap malah berpaling lalu meneruskan pebicaraannya bersama para pemimpin Quraisy tersebut. Mudah-mudahan dengan Islamnya mereka, kedudukan Islam bertambah kuat dan syiar dakwah bertambah lancar. Selesai berbicara dengan mereka, Rasulullah ﷺ cuba hendak berlalu pulang, tetapi secara tiba-tiba penglihatan baginda gelap dan kepala baginda terasa sakit seperti terkena pukulan.

SELANJUTNYA:https://shafiqolbu.wordpress.com/2015/02/10/kisah-abdullah-ibnu-ummi-maktum-yang-buta-tapi-celik-mata-hatinya/ 

https://archive.org/details/BacaanDanTerjemahanAlQuran-MisharyAlAffasy/083.mp3

Ahad, 19 Ogos 2018

NAMA-nama para sahabat Nabi Muhammad dalam perang Badar

Perang Badar (Bahasa Arab: غزوة بدر), berlaku pada 17 Ramadan tahun Kedua Hijrah (2 H) (17 Mac 624 M) di Hijaz, di bahagian barat Semenanjung Arab (kini Arab Saudi).

Ia pertempuran penting dalam zaman awal Islam dan merupakan titik perubahan dalam perjuangan Nabi Muhammad s.a.w. dengan pihak lawannya di kalangan Quraisy di Makkah.

Pertempuran ini telah diturunkan dalam sejarah Islam sebagai kemenangan muktamad disebabkan campur tangan ketuhanan juga kepintaran Nabi Muhammad s.a.w.






Walaupun ia salah satu daripada sedikit pertempuran yang disebut khusus dalam kitab suci Islam al-Qur’an, hampir kesemua pengetahuan semasa mengenai perang di Badar berasal daripada keterangan tradisional Islam, kedua-dua hadis dan sirah Nabi Muhammad s.a.w., ditulis berdekad selepas pertempuran tersebut.

Nota Ana Ghoib: Mengapa penulis tertarik dengan kisah perang Badar ini semula ialah kerana terdapat sebuah hadis mengenai bagaimana Rasulullah memberi keistimewaan kepada 313 ahli Badar untuk memberikan hukum dan pandangan mereka dalam sesuatu permasalahan melibatkan umat Islam di waktu baginda masih hidup.

Apakah istimewanya peserta perang Badar di kalangan sahabat Nabi Muhammad yang mulia ini?
Begitu juga jika penulis renung kembali akan sejarah mengisahkan bagaimana keadaan mayat-mayat yang tewas dari pihak kuffar yang maut dibantai malaikat di dalam peperangan badar yang menggerunkan ini.

Bacalah moga sama-sama kita dapat belajar mengambil pelajaran berkongsi rasa dan kisah yang baik darinya insyaAllah. Bukankah kita semua tidak tahu!

Perang Badar dalam Al-Quran

Perang Badar adalah salah satu peperangan dengan jelas ditunjukkan dalam Qur’an. Ia dihuraikan dalam Surah Ali Imran (3:123), sebagai sebahagian daripada perbandingan dengan Perang Uhud.

“Dan sesungguhnya Allah telah menolong kamu mencapai kemenangan dalam peperangan Badar, sedang kamu berkeadaan lemah (kerana kamu sedikit bilangannya dan kekurangan alat perang). Oleh itu bertaqwalah kamu kepada Allah, supaya kamu bersyukur (akan kemenangan itu). (Ingatlah wahai Muhammad) ketika engkau berkata kepada orang-orang yang beriman (untuk menguatkan semangat mereka):

“Tidakkah cukup bagi kamu, bahawa Allah membantu kamu dengan tiga ribu tentera dari malaikat yang diturunkan?,” Bahkan (mencukupi. Dalam pada itu) jika kamu bersabar dan bertaqwa, dan mereka (musuh) datang menyerang kamu dengan serta-merta, nescaya Allah membantu kamu dengan lima ribu malaikat yang bertanda masing-masing.” – [Ali Imran 123-125]

Di Badar, tentera Islam menunjukkan disiplin tinggi, semetara di Uhud, mereka meninggalkan barisan dan mengejar pasukan Quraisy dang dengan itu membenarkan pasukan berkuda Makkah bergerak melalui rusuk dan hampir mengalahkan mereka.


Perang Badar juga digunakan sebagai satu tanda pertolongan dan mukjizat Allah.

“Sesungguhnya telah ada satu tanda (bukti) bagi kamu pada (peristiwa) dua pasukan yang telah bertemu (di medan perang); satu pasukan (orang-orang Islam) berperang pada jalan Allah (kerana mempertahankan ugama Allah), dan yang satu lagi dari golongan kafir musyrik. Mereka (yang kafir itu) melihat orang-orang Islam dengan pandangan mata biasa – dua kali ramainya berbanding dengan mereka sendiri.

Dan Allah sentiasa menguatkan sesiapa yang dikehendakiNya, dengan memberikan pertolonganNya. Sesungguhnya pada peristiwa itu terdapat satu pengajaran yang memberi insaf bagi orang-orang yang berfikiran (yang celik mata hatinya).” – [Ali Imran 13]

Mengantuk dan hujan yang membersihkan serta pertolongan Allah melalui Malaikat – Surah Al Anfaal

Dan (ingatlah) ketika Allah menjanjikan kepada kamu salah satu dari dua angkatan, menjadi untuk kamu (menghadapinya), sedang kamu suka kiranya (angkatan perniagaan) bukan angkatan (perang) yang mempunyai kekuatan itu yang dijadikan untuk kamu (menghadapinya). Padahal Allah menghendaki untuk menetapkan yang benar (agama Islam) dengan Kalimah-kalimahNya, dan untuk membinasakan kaum yang kafir seluruhnya; – (Al-Anfaal 8:7)

Supaya Allah menegakkan yang benar itu dan menghapuskan yang salah (kufur dan syirik), sekalipun golongan (kafir musyrik) yang berdosa itu tidak menyukainya. – (Al-Anfaal 8:8)


(Ingatlah) ketika kamu memohon pertolongan kepada tuhan kamu, lalu Ia perkenankan permohonan kamu (dengan firmanNya): “Sesungguhnya Aku akan membantu kamu dengan seribu (bala tentera) dari malaikat yang datang berturut-turut. – (Al-Anfaal 8:9)


Dan Allah tidak menjadikan (bantuan malaikat) itu melainkan sebagai berita gembira dan supaya hati kamu tenang tenteram dengannya. Dan kemenangan itu pula hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana. – Dan Allah tidak menjadikan (bantuan malaikat) itu melainkan sebagai berita gembira dan supaya hati kamu tenang tenteram dengannya. Dan kemenangan itu pula hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana. – (Al-Anfaal 8:10)

(Ingatlah) ketika kamu diliputi perasaan mengantuk sebagai satu (pemberian) aman dari Allah (untuk menghapuskan kecemasan kamu). Dan (ingatlah ketika) Ia menurunkan kepada kamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengannya dan menghapuskan dari kamu gangguan Syaitan, dan juga untuk menguatkan hati kamu dan menetapkan dengannya tapak pendirian (kamu di medan perjuangan). – (Al-Anfaal 8:11)


(Ingatlah) ketika Tuhanmu wahyukan kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku menyertai kamu (memberi pertolongan), maka tetapkanlah (hati) orang-orang yang beriman. Aku akan mengisi hati orang-orang yang kafir dengan perasaan gerun; oleh itu, pancunglah leher mereka (musuh) dan potonglah tiap-tiap anggota mereka” – (Al-Anfaal 8:12)

Maka bukanlah kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah jualah yang menyebabkan pembunuhan mereka. Dan bukanlah engkau (wahai Muhammad) yang melempar ketika engkau melempar, akan tetapi Allah jualah yang melempar (untuk membinasakan orang-orang kafir), dan untuk mengurniakan orang-orang yang beriman dengan pengurniaan yang baik (kemenangan) daripadaNya. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui. – (Al-Anfaal 8:17)

Demikianlah (caranya nikmat yang dikurniakanNya kepada kamu), dan sesungguhnya Allah sentiasa melumpuhkan tipu daya orang-orang yang kafir. – (Al-Anfaal 8:18)

Hadis mengenai perang Badar Kubra

“Datang Malaikat Jibril as pada Nabi saw dan berkata: apa pendapat kalian tentang ahlul Badar diantara kalian?, maka bersabda Rasulullah saw : mereka adalah muslimin yg paling mulia,(atau kalimat yg bermakna demikian), lalu berkata Jibril as : demikian pula yg mengikuti perang Badar dari kelompok malaikat, mereka malaikat yg terbaik”  – (Shahih Bukhari)


1. Sayyiduna Muhammad Rasulullah s.a.w.
2. Abu Bakar al-Siddiq r.a.
3. Umar bin al-Khattab r.a.
4. Uthman bin Affan r.a.
5. Ali bin Abu Tolib r.a.
6. Talhah bin ‘Ubaidillah r.a.
7. Bilal bin Rabbah r.a.
8. Hamzah bin Abdul Muttolib r.a.
9. Abdullah bin Jahsyi r.a.
10. Al-Zubair bin al-Awwam r.a.
11. Mus’ab bin Umair bin Hasyim r.a.
12. Abdur Rahman bin ‘Auf r.a.
13. Abdullah bin Mas’ud r.a.
14. Sa’ad bin Abi Waqqas r.a.
15. Abu Kabsyah al-Faris r.a.
16. Anasah al-Habsyi r.a.
17. Zaid bin Harithah al-Kalbi r.a.
18. Marthad bin Abi Marthad al-Ghanawi r.a.
19. Abu Marthad al-Ghanawi r.a.
20. Al-Husain bin al-Harith bin Abdul Muttolib r.a.
21. ‘Ubaidah bin al-Harith bin Abdul Muttolib r.a.
22. Al-Tufail bin al-Harith bin Abdul Muttolib r.a.
23. Mistah bin Usasah bin ‘Ubbad bin Abdul Muttolib r.a.
24. Abu Huzaifah bin ‘Utbah bin Rabi’ah r.a.
25. Subaih (maula Abi ‘Asi bin Umaiyyah) r.a.
26. Salim (maula Abu Huzaifah) r.a.
27. Sinan bin Muhsin r.a.
28. ‘Ukasyah bin Muhsin r.a.
29. Sinan bin Abi Sinan r.a.
30. Abu Sinan bin Muhsin r.a.
31. Syuja’ bin Wahab r.a.
32. ‘Utbah bin Wahab r.a.
33. Yazid bin Ruqais r.a.
34. Muhriz bin Nadhlah r.a.
35. Rabi’ah bin Aksam r.a.
36. Thaqfu bin Amir r.a.
37. Malik bin Amir r.a.
38. Mudlij bin Amir r.a.
39. Abu Makhsyi Suwaid bin Makhsyi al-To’i r.a.
40. ‘Utbah bin Ghazwan r.a.
41. Khabbab (maula ‘Utbah bin Ghazwan) r.a.
42. Hathib bin Abi Balta’ah al-Lakhmi r.a.
43. Sa’ad al-Kalbi (maula Hathib) r.a.
44. Suwaibit bin Sa’ad bin Harmalah r.a.
45. Umair bin Abi Waqqas r.a.
46. Al-Miqdad bin ‘Amru r.a.
47. Mas’ud bin Rabi’ah r.a.
48. Zus Syimalain Amru bin Amru r.a.
49. Khabbab bin al-Arat al-Tamimi r.a.
50. Amir bin Fuhairah r.a.
51. Suhaib bin Sinan r.a.
52. Abu Salamah bin Abdul Asad r.a.
53. Syammas bin Uthman r.a.
54. Al-Arqam bin Abi al-Arqam r.a.
55. Ammar bin Yasir r.a.
56. Mu’attib bin ‘Auf al-Khuza’i r.a.
57. Zaid bin al-Khattab r.a.
58. Amru bin Suraqah r.a.
59. Abdullah bin Suraqah r.a.
60. Sa’id bin Zaid bin Amru r.a.
61. Mihja bin Akk (maula Umar bin al-Khattab) r.a.
62. Waqid bin Abdullah al-Tamimi r.a.
63. Khauli bin Abi Khauli al-Ijli r.a.
64. Malik bin Abi Khauli al-Ijli r.a.
65. Amir bin Rabi’ah r.a.
66. Amir bin al-Bukair r.a.
67. Aqil bin al-Bukair r.a.
68. Khalid bin al-Bukair r.a.
69. Iyas bin al-Bukair r.a.
70. Uthman bin Maz’un r.a.
71. Qudamah bin Maz’un r.a.
72. Abdullah bin Maz’un r.a.
73. Al-Saib bin Uthman bin Maz’un r.a.
74. Ma’mar bin al-Harith r.a.
75. Khunais bin Huzafah r.a.
76. Abu Sabrah bin Abi Ruhm r.a.
77. Abdullah bin Makhramah r.a.
78. Abdullah bin Suhail bin Amru r.a.
79. Wahab bin Sa’ad bin Abi Sarah r.a.
80. Hatib bin Amru r.a.
81. Umair bin Auf r.a.
82. Sa’ad bin Khaulah r.a.
83. Abu Ubaidah Amir al-Jarah r.a.
84. Amru bin al-Harith r.a.
85. Suhail bin Wahab bin Rabi’ah r.a.
86. Safwan bin Wahab r.a.
87. Amru bin Abi Sarah bin Rabi’ah r.a.
88. Sa’ad bin Muaz r.a.
89. Amru bin Muaz r.a.
90. Al-Harith bin Aus r.a.
91. Al-Harith bin Anas r.a.
92. Sa’ad bin Zaid bin Malik r.a.
93. Salamah bin Salamah bin Waqsyi r.a.
94. ‘Ubbad bin Waqsyi r.a.
95. Salamah bin Thabit bin Waqsyi r.a.
96. Rafi’ bin Yazid bin Kurz r.a.
97. Al-Harith bin Khazamah bin ‘Adi r.a.
98. Muhammad bin Maslamah al-Khazraj r.a.
99. Salamah bin Aslam bin Harisy r.a.
100. Abul Haitham bin al-Tayyihan r.a.
101. ‘Ubaid bin Tayyihan r.a.
102. Abdullah bin Sahl r.a.
103. Qatadah bin Nu’man bin Zaid r.a.
104. Ubaid bin Aus r.a.
105. Nasr bin al-Harith bin ‘Abd r.a.
106. Mu’attib bin ‘Ubaid r.a.
107. Abdullah bin Tariq al-Ba’lawi r.a.
108. Mas’ud bin Sa’ad r.a.
109. Abu Absi Jabr bin Amru r.a.
110. Abu Burdah Hani’ bin Niyyar al-Ba’lawi r.a.
111. Asim bin Thabit bin Abi al-Aqlah r.a.
112. Mu’attib bin Qusyair bin Mulail r.a.
113. Abu Mulail bin al-Az’ar bin Zaid r.a.
114. Umair bin Mab’ad bin al-Az’ar r.a.
115. Sahl bin Hunaif bin Wahib r.a.
116. Abu Lubabah Basyir bin Abdul Munzir r.a.
117. Mubasyir bin Abdul Munzir r.a.
118. Rifa’ah bin Abdul Munzir r.a.
119. Sa’ad bin ‘Ubaid bin al-Nu’man r.a.
120. ‘Uwaim bin Sa’dah bin ‘Aisy r.a.
121. Rafi’ bin Anjadah r.a.
122. ‘Ubaidah bin Abi ‘Ubaid r.a.
123. Tha’labah bin Hatib r.a.
124. Unais bin Qatadah bin Rabi’ah r.a.
125. Ma’ni bin Adi al-Ba’lawi r.a.
126. Thabit bin Akhram al-Ba’lawi r.a.
127. Zaid bin Aslam bin Tha’labah al-Ba’lawi r.a.
128. Rib’ie bin Rafi’ al-Ba’lawi r.a.
129. Asim bin Adi al-Ba’lawi r.a.
130. Jubr bin ‘Atik r.a.
131. Malik bin Numailah al-Muzani r.a.
132. Al-Nu’man bin ‘Asr al-Ba’lawi r.a.
133. Abdullah bin Jubair r.a.
134. Asim bin Qais bin Thabit r.a.
135. Abu Dhayyah bin Thabit bin al-Nu’man r.a.
136. Abu Hayyah bin Thabit bin al-Nu’man r.a.
137. Salim bin Amir bin Thabit r.a.
138. Al-Harith bin al-Nu’man bin Umayyah r.a.
139. Khawwat bin Jubair bin al-Nu’man r.a.
140. Al-Munzir bin Muhammad bin ‘Uqbah r.a.
141. Abu ‘Uqail bin Abdullah bin Tha’labah r.a.
142. Sa’ad bin Khaithamah r.a.
143. Munzir bin Qudamah bin Arfajah r.a.
144. Tamim (maula Sa’ad bin Khaithamah) r.a.
145. Al-Harith bin Arfajah r.a.
146. Kharijah bin Zaid bin Abi Zuhair r.a.
147. Sa’ad bin al-Rabi’ bin Amru r.a.
148. Abdullah bin Rawahah r.a.
149. Khallad bin Suwaid bin Tha’labah r.a.
150. Basyir bin Sa’ad bin Tha’labah r.a.
151. Sima’ bin Sa’ad bin Tha’labah r.a.
152. Subai bin Qais bin ‘Isyah r.a.
153. ‘Ubbad bin Qais bin ‘Isyah r.a.
154. Abdullah bin Abbas r.a.
155. Yazid bin al-Harith bin Qais r.a.
156. Khubaib bin Isaf bin ‘Atabah r.a.
157. Abdullah bin Zaid bin Tha’labah r.a.
158. Huraith bin Zaid bin Tha’labah r.a.
159. Sufyan bin Bisyr bin Amru r.a.
160. Tamim bin Ya’ar bin Qais r.a.
161. Abdullah bin Umair r.a.
162. Zaid bin al-Marini bin Qais r.a.
163. Abdullah bin ‘Urfutah r.a.
164. Abdullah bin Rabi’ bin Qais r.a.
165. Abdullah bin Abdullah bin Ubai r.a.
166. Aus bin Khauli bin Abdullah r.a.
167. Zaid bin Wadi’ah bin Amru r.a.
168. ‘Uqbah bin Wahab bin Kaladah r.a.
169. Rifa’ah bin Amru bin Amru bin Zaid r.a.
170. Amir bin Salamah r.a.
171. Abu Khamishah Ma’bad bin Ubbad r.a.
172. Amir bin al-Bukair r.a.
173. Naufal bin Abdullah bin Nadhlah r.a.
174. ‘Utban bin Malik bin Amru bin al-Ajlan r.a.
175. ‘Ubadah bin al-Somit r.a.
176. Aus bin al-Somit r.a
177. Al-Nu’man bin Malik bin Tha’labah r.a.
178. Thabit bin Huzal bin Amru bin Qarbus r.a.
179. Malik bin Dukhsyum bin Mirdhakhah r.a.
180. Al-Rabi’ bin Iyas bin Amru bin Ghanam r.a.
181. Waraqah bin Iyas bin Ghanam r.a.
182. Amru bin Iyas r.a.
183. Al-Mujazzar bin Ziyad bin Amru r.a.
184. ‘Ubadah bin al-Khasykhasy r.a.
185. Nahhab bin Tha’labah bin Khazamah r.a.
186. Abdullah bin Tha’labah bin Khazamah r.a.
187. Utbah bin Rabi’ah bin Khalid r.a.
188. Abu Dujanah Sima’ bin Kharasyah r.a.
189. Al-Munzir bin Amru bin Khunais r.a.
190. Abu Usaid bin Malik bin Rabi’ah r.a.
191. Malik bin Mas’ud bin al-Badan r.a.
192. Abu Rabbihi bin Haqqi bin Aus r.a.
193. Ka’ab bin Humar al-Juhani r.a.
194. Dhamrah bin Amru r.a.
195. Ziyad bin Amru r.a.
196. Basbas bin Amru r.a.
197. Abdullah bin Amir al-Ba’lawi r.a.
198. Khirasy bin al-Shimmah bin Amru r.a.
199. Al-Hubab bin al-Munzir bin al-Jamuh r.a.
200. Umair bin al-Humam bin al-Jamuh r.a.
201. Tamim (maula Khirasy bin al-Shimmah) r.a.
202. Abdullah bin Amru bin Haram r.a.
203. Muaz bin Amru bin al-Jamuh r.a.
204. Mu’awwiz bin Amru bin al-Jamuh r.a.
205. Khallad bin Amru bin al-Jamuh r.a.
206. ‘Uqbah bin Amir bin Nabi bin Zaid r.a.
207. Hubaib bin Aswad r.a.
208. Thabit bin al-Jiz’i r.a.
209. Umair bin al-Harith bin Labdah r.a.
210. Basyir bin al-Barra’ bin Ma’mur r.a.
211. Al-Tufail bin al-Nu’man bin Khansa’ r.a.
212. Sinan bin Saifi bin Sakhr bin Khansa’ r.a.
213. Abdullah bin al-Jaddi bin Qais r.a.
214. Atabah bin Abdullah bin Sakhr r.a.
215. Jabbar bin Umaiyah bin Sakhr r.a.
216. Kharijah bin Humayyir al-Asyja’i r.a.
217. Abdullah bin Humayyir al-Asyja’i r.a.
218. Yazid bin al-Munzir bin Sahr r.a.
219. Ma’qil bin al-Munzir bin Sahr r.a.
220. Abdullah bin al-Nu’man bin Baldumah r.a.
221. Al-Dhahlak bin Harithah bin Zaid r.a.
222. Sawad bin Razni bin Zaid r.a.
223. Ma’bad bin Qais bin Sakhr bin Haram r.a.
224. Abdullah bin Qais bin Sakhr bin Haram r.a.
225. Abdullah bin Abdi Manaf r.a.
226. Jabir bin Abdullah bin Riab r.a.
227. Khulaidah bin Qais bin al-Nu’man r.a.
228. An-Nu’man bin Yasar r.a.
229. Abu al-Munzir Yazid bin Amir r.a.
230. Qutbah bin Amir bin Hadidah r.a.
231. Sulaim bin Amru bin Hadidah r.a.
232. Antarah (maula Qutbah bin Amir) r.a.
233. Abbas bin Amir bin Adi r.a.
234. Abul Yasar Ka’ab bin Amru bin Abbad r.a.
235. Sahl bin Qais bin Abi Ka’ab bin al-Qais r.a.
236. Amru bin Talqi bin Zaid bin Umaiyah r.a.
237. Muaz bin Jabal bin Amru bin Aus r.a.
238. Qais bin Mihshan bin Khalid r.a.
239. Abu Khalid al-Harith bin Qais bin Khalid r.a.
240. Jubair bin Iyas bin Khalid r.a.
241. Abu Ubadah Sa’ad bin Uthman r.a.
242. ‘Uqbah bin Uthman bin Khaladah r.a.
243. Ubadah bin Qais bin Amir bin Khalid r.a.
244. As’ad bin Yazid bin al-Fakih r.a.
245. Al-Fakih bin Bisyr r.a.
246. Zakwan bin Abdu Qais bin Khaladah r.a.
247. Muaz bin Ma’ish bin Qais bin Khaladah r.a.
248. Aiz bin Ma’ish bin Qais bin Khaladah r.a.
249. Mas’ud bin Qais bin Khaladah r.a.
250. Rifa’ah bin Rafi’ bin al-Ajalan r.a.
251. Khallad bin Rafi’ bin al-Ajalan r.a.
252. Ubaid bin Yazid bin Amir bin al-Ajalan r.a.
253. Ziyad bin Lubaid bin Tha’labah r.a.
254. Khalid bin Qais bin al-Ajalan r.a.
255. Rujailah bin Tha’labah bin Khalid r.a.
256. Atiyyah bin Nuwairah bin Amir r.a.
257. Khalifah bin Adi bin Amru r.a.
258. Rafi’ bin al-Mu’alla bin Luzan r.a.
259. Abu Ayyub bin Khalid al-Ansari r.a.
260. Thabit bin Khalid bin al-Nu’man r.a.
261. ‘Umarah bin Hazmi bin Zaid r.a.
262. Suraqah bin Ka’ab bin Abdul Uzza r.a.
263. Suhail bin Rafi’ bin Abi Amru r.a.
264. Adi bin Abi al-Zaghba’ al-Juhani r.a.
265. Mas’ud bin Aus bin Zaid r.a.
266. Abu Khuzaimah bin Aus bin Zaid r.a.
267. Rafi’ bin al-Harith bin Sawad bin Zaid r.a.
268. Auf bin al-Harith bin Rifa’ah r.a.
269. Mu’awwaz bin al-Harith bin Rifa’ah r.a.
270. Muaz bin al-Harith bin Rifa’ah r.a.
271. An-Nu’man bin Amru bin Rifa’ah r.a.
272. Abdullah bin Qais bin Khalid r.a.
273. Wadi’ah bin Amru al-Juhani r.a.
274. Ishmah al-Asyja’i r.a.
275. Thabit bin Amru bin Zaid bin Adi r.a.
276. Sahl bin ‘Atik bin al-Nu’man r.a.
277. Tha’labah bin Amru bin Mihshan r.a.
278. Al-Harith bin al-Shimmah bin Amru r.a.
279. Ubai bin Ka’ab bin Qais r.a.
280. Anas bin Muaz bin Anas bin Qais r.a.
281. Aus bin Thabit bin al-Munzir bin Haram r.a.
282. Abu Syeikh bin Ubai bin Thabit r.a.
283. Abu Tolhah bin Zaid bin Sahl r.a.
284. Abu Syeikh Ubai bin Thabit r.a.
285. Harithah bin Suraqah bin al-Harith r.a.
286. Amru bin Tha’labah bin Wahb bin Adi r.a.
287. Salit bin Qais bin Amru bin ‘Atik r.a.
288. Abu Salit bin Usairah bin Amru r.a.
289. Thabit bin Khansa’ bin Amru bin Malik r.a.
290. Amir bin Umaiyyah bin Zaid r.a.
291. Muhriz bin Amir bin Malik r.a.
292. Sawad bin Ghaziyyah r.a.
293. Abu Zaid Qais bin Sakan r.a.
294. Abul A’war bin al-Harith bin Zalim r.a.
295. Sulaim bin Milhan r.a.
296. Haram bin Milhan r.a.
297. Qais bin Abi Sha’sha’ah r.a.
298. Abdullah bin Ka’ab bin Amru r.a.
299. ‘Ishmah al-Asadi r.a.
300. Abu Daud Umair bin Amir bin Malik r.a.
301. Suraqah bin Amru bin ‘Atiyyah r.a.
302. Qais bin Mukhallad bin Tha’labah r.a.
303. Al-Nu’man bin Abdi Amru bin Mas’ud r.a.
304. Al-Dhahhak bin Abdi Amru r.a.
305. Sulaim bin al-Harith bin Tha’labah r.a.
306. Jabir bin Khalid bin Mas’ud r.a.
307. Sa’ad bin Suhail bin Abdul Asyhal r.a.
308. Ka’ab bin Zaid bin Qais r.a.
309. Bujir bin Abi Bujir al-Abbasi r.a.
310. ‘Itban bin Malik bin Amru al-Ajalan r.a.
311. ‘Ismah bin al-Hushain bin Wabarah r.a.
312. Hilal bin al-Mu’alla al-Khazraj r.a.
313. Oleh bin Syuqrat r.a. (khadam Nabi s.a.w.)



ASAL SILA HADIR:
https://www.malaysianreview.com/159263/senarai-nama-para-sahabat-nabi-muhammad-dalam-perang-badar/


 

Jumaat, 20 Julai 2018

Lokasi Kaum Tsamud Menyembelih Unta Betina Nabi Saleh


Jejak Rasul - Nabi Saleh a.s, Nabi Yusof a.s, Ashabul Kahfi Kisah NABI HANZALLAH Dan BURUNG RAKSASA



Nabi Muhammad S.A.W bersabda: “Lalu nabi kaum tersebut menanyakan keberadaan budak tentang apa yang dilakukannya? Kaumnya menjawab: Kami tidak tahu. Sampai Allah mencabut ruh nabi tersebut. Setelah wafatnya Nabi tersebutlah Allah membangunkan si budak hitam tersebut dari tidurnya. Rasulullah S.A.W bersabda: Budak hitam tersebut adalah orang yang pertama kali masuk surga.” (Tafsir Ibnu Katsir 6/111, Al Alusi 14/97, At Thobari 19/269, Al Qurthubi 13/32)

Sebelum mereka (yang menentang Nabi Muhammad) itu - kaum Nabi Nuh, dan “Ashaabur-Rassi” serta Thamud (kaum Nabi Soleh), telah juga mendustakan Rasul masing-masing,
(Qaaf 50:12)

Nabi Hanzalah A.S.

Nabi Hanzalah A.S. adalah salah seorang Nabi yang namanya tidak dicatatkan dalam Al Quran namun kisah masyarakat atau umat yang dibimbingnya telah terdapat dalam Al Quran. Nama penuhnya ialah Hanzalah bin Sifwan. Menurut Ibnu Katsir dalam karyanya, Qisas al Anbiya’ telah menceritakan bahawa baginda telah diutuskan kepada satu kaum di Yaman untuk mengajak mereka supaya beriman kepada Allah S.W.T. Kisah mengenai masyarakat yang dibimbingnya terdapat dalam Al Quran surah Al Furqaan ayat 38 yang bermaksud : ‘Dan (demikian juga Kami telah binasakan) Aad dan Thamud serta Ashaabur-Rassyi dan banyak lagi dalam zaman-zaman di antara masa yang tersebut itu’.

Dicampakkan ke dalam perigi

Menurut pendapat kebanyakan ulama’, kaum Ashaabur-Rassyi merupakan kaum yang diajak oleh Nabi Hanzalah A.S. untuk beriman kepada Allah S.W.T.

Menurut hadits yang sangat panjang dari penjelasan Ali bin Abu Thalib mengenai Ashabur Rass. “Kaum Rass adalah sebuah kaum yang menyembah pohon sanobar, yang diberi nama Syah Dirakht, secara bahasa memiliki arti “Raja Pohon”. Dikatakan bahwa yang pertama kali menanam pohon itu adalah Yafith bin Nuh pasca badai topan di tepian mata air, mata air tersebut dikenal dengan sebutan Rowsyan Oub. Kaum Rass memiliki dua belas desa yang makmur di tepian sungai yang dinamakan Rass. Desa-desa tersebut bernama Oban, Odzar, Die, Bahman, Isfand, Farwadin, Ordi Bahsyt, Khordad, Murdad, Tiir, Mihr, dan Syahriwar kemudian nama-nama desa tersebut oleh Bangsa Persia dijadikan nama-nama bulan dalam sistem penanggalan mereka.
Penduduk desa tersebut menanam pohon sanobar di tiap-tiap desa. Mereka mengairinya dengan irigasi yang berpusat di pohon sanobar tersebut. Mereka juga mengharamkan diri untuk minum dari air tersebut, baik untuk diri mereka atau ternak mereka. Mereka mebuat aturan siapa yang meminumnya, maka akan dibunuh. Mereka meyakini, bahwa pohon sanobar tersebut dianggap sebagai Hayat al-Ilahiyah (Kehidupan Ketuhanan), maka terlarang bagi siapapun untuk mengambil kehidupannya.

Mereka selalu mengadakan acara sehari dalam satu bulan sebagai hari besar untuk membuat persembahan bagi masing-masing desa. Pada hari raya itu, mereka keluar menuju pohon sanobar dengan membawa hewan-hewan kurban, menyembelihnya, kemudian membakarnya. Ketika asap pembakaran tersebut naik keatas, mereka bersujud kepada pohon tersebut, menangis, dan mengadakan permohonan.


Bahkan, ketika hari raya tersebut mencapai puncaknya, yaitu hari raya yang mereka sebut Isfandr, Setelah kekafiran mereka berlangsung lama, kemudian seorang rasul diutus kepada mereka dari Bani Israil dari keturunan Yahuda. Lalu, rasul itu mengajak kepada kaum Rass untuk menyembah Allah, dan meninggalkan kesyirikan.

Namun mereka tetap tidak beriman, kemudian rasul tersebut mendoakan keburukan terhadap pohon tersebut, tiba-tiba, pohon tersebut menjadi kering dan layu. Setelah mereka menyaksikan hal tersebut, sebagian dari mereka berkata: “Sesungguhnya lelaki ini telah menyihir tuhan kita!”. Sebagian yang lain menimpali: “Sungguh tuhan kita telah murka kepada kita, saat lelaki ini mengajak kepada kekafiran, maka kita tinggalkan dia dan ajakannya”.
Lalu, mereka sepakat untuk membunuh rasul tersebut. Kemudian mereka menggali sumur yang dalam dan membuang rasul tersebut ke dalamnya, menutup lubangnya dengan batu besar.

Mereka adalah penduduk di sebuah negeri yang sekarang ini terletak di Yaman. Sesetengah pendapat mengatakan bahawa mereka tinggal berhampiran dengan kaum Thamud.

Mereka dikenali sebagai masyarakat Ar-Rass kerana tempat tinggal mereka terkenal dengan perigi atau mata air dan nama Ar-Rass juga bermaksud perigi atau mata air. Mereka juga digelarkan sebagai masyarakat penjaga perigi. Terdapat juga cendekiawan muslim mengatakan Ar-Rass itu adalah sebuah bandar.

Namun seperti para nabi dan Rasul yang lain, dakwah yang dibawa oleh nabi ini tidak disenangi oleh penduduk Ashaabur-Rassyi sehinggakan mereka telah membunuh nabi ini dengan mencampakkannya ke dalam perigi dan seterusnya mereka telah menerima azab daripada Allah S.W.T sepertimana kaum Aad, Thamud serta kaum nabi Nuh yang dihilangkan mereka daripada muka bumi Allah S.W.T. seperti firman Allah S.W.T. pada ayat 39 surah Al Furqaan yang bermaksud :

‘Dan masing-masing, telah Kami berikan kepadanya contoh tauladan yang mendatangkan iktibar, dan masing-masing telah Kami hancurkan sehancur-hancurnya’. Demikianlah kisah mengenai Nabi Hanzalah A.S.

Dikisahkan bahwa ketika Dzul Qarnain mengelilingi berbagai negeri dan memasuki kota Rass, dia menemukan rajanya, penduduknya, wanitanya, anak-anaknya, hewan-hewannya, barang-barangnya, pepohonannya, dan buah-buahnya, semuanya menjadi batu hitam.

Menurut kisah dari al-Kisa’i bahwa di kota di mana Hanzhalah tinggal tersebut, ada sebuah gunung tinggi yang bernama Gunung Falaj. Gunung tersebut dijadikan tempat berlindung sejenis burung yang sangat besar yang diberi nama ?anqa’. Apabila burung itu terbang, ia bisa menutupi matahari seperti layaknya awan. Lehernya seperti leher unta, memiliki empat sayap, dua panjang dan dua lagi pendek. Bulunya berwarna-warni, suka mengangkat kuda, unta, gajah yang mati, dan binatang yang lainnya dengan cakarnya dan membawanya ke gunung tempat berdiamnya.

Ketika burung tersebut kian membahayakan manusia, ia menyambar penduduk lalu dibawa ke atas gunung dan mereka dijadikan santapan bagi anak-anaknya yang baru menetas, maka penduduk kota tersebut mengadukannya kepada Hanzhalah bin Shafwan. Mendengar pengaduan tersebut, Hanzhalah berdoa agar Allah membinasakan ?anqa’.

Dia berdoa, “Ya Allah, matikanlah binatang tersebut dan putuskanlah keturunannya.” Setelah itu, burung besar tersebut jatuh kemudian terbakar bersama anak-anaknya hingga tak ada lagi bentuknya.


Sebagian orang Arab mengingkari keberadaan binatang bernama ?anqa’ ini. Menurut mereka, burung itu hanyalah sebuah cerita yang dikarang oleh orang-orang Arab terdahulu, akan tetapi di dalam hal ini ada sebuah syair yang menyatakan keberadaannya, di mana bangsa Arab yang selalu menceritakan segala sesuatu dengan syair.


Berikut adalah syair yang pernah ditulis:
“ “Aku telah belajar banyak dari anak-anak zaman. Mereka tidak bisa dijadikan sahabat, tetapi aku mesti bisa memilih-milih kesempatan. Akhirnya, aku tahu bahwa yang mustahil itu ada tiga, raksasa, ?anqa’, dan sahabat yang sempurna.”

Burung raksasa ini pernah dikisahkan oleh al-Kisa’i, bahwa burung tersebut pernah ada pada zaman Nabi Hanzhalah dengan umatnya yang disebut Ashab ar-Rass, ia berhasil membunuh burung ini dengan cara meminta do’a kepada Tuhan untuk mematikan dan memutuskan keturunannya. Burung ini sering di identikkan dengan burung Simurgh dari Persia dan Phoenix dari Mesir kuno.
_______________________________

TERTIDUR

Dalam tafsir Ibnu Katsir, ia menuliskan bahwa, menurut kisah dari Ibnu Hamid meriwayatkan dari Salamah dari Muhammad bin Ishaq, ia meriwayatkan dari Muhammad bin Ka’ab al Qurodli bahwa setelah Allah mengutus seorang nabi ke sebuah desa, maka tidak ada satu pun penduduknya mau beriman, kecuali seorang budak berkulit hitam.

Setelah Hanzhalah memberikan dakwahnya, maka penduduk desa geram, dan mereka berencana untuk melemparkannya ke dalam sumur, kemudian menutupnya dengan batu besar. Mereka berhasil menangkap Hanzhalah dan melemparkannya ke dalam sumur, dengan harapan mati secara perlahan.


Budak hitam itu melihat kejadian tersebut, hanya bisa menolong Hanzhalah dengan cara memberinya makan, kemudian menutup kembali sumur tersebut. Kejadian ini ia lakukan setiap habis mencari kayu bakar di hutan.

Pada suatu hari budak hitam itu setelah mencari kayu bakar, ia merasakan lelah dan mengantuk, sehingga ia pun merebahkan diri untuk melepas lelah. Dalam kisah ini disebutkan ia tertidur selama tujuh tahun lamanya, sehingga ia tidak sempat lagi memberi makan Hanzhalah.


Budak itu hanya menyangka ia tertidur hanya sebentar. Ketika ia hendak memberi makan Hanzhalah, ia tidak menemukannya di dalam sumur, dan sebelumnya telah terjadi sebuah peristiwa yang menimpa penduduk Rass, kemudian sebagian sisa yang masih hidup mengeluarkan Hanzhalah dari sumur tersebut.

Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad menjelaskan bahwa budak tersebut di adalah budak yang pertama kali masuk surga.

^ Dalam kisah di atas Ashabur Rass dimusnahkan Allah dan riwayat ini menerangkan mereka telah beriman. Imam Ibnu Jarir At Thobari menguraiakan, kemungkinan besar para kaum tersebut beriman setelah Allah menurunkan adzab kepada nenek moyang mereka, sehingga akhirnya sisa-sisa dari kaum tersebut beriman dan mengeluarkan nabinya dari dalam sumur. (Tafsir Ibnu Katsir 6/112, Al Alusi 14/97).

^ Nabi Muhammad S.A.W bersabda: “Lalu nabi kaum tersebut menanyakan keberadaan budak tentang apa yang dilakukannya? Kaumnya menjawab: Kami tidak tahu. Sampai Allah mencabut ruh nabi tersebut. Setelah wafatnya Nabi tersebutlah Allah membangunkan si budak hitam tersebut dari tidurnya. Rasulullah S.A.W bersabda: Budak hitam tersebut adalah orang yang pertama kali masuk surga.” (Tafsir Ibnu Katsir 6/111, Al Alusi 14/97, At Thobari 19/269, Al Qurthubi 13/32).

  


sumber:

https://www.facebook.com/ANAGHOIB/posts/nabi-muhammad-s-a-w/1739720029643590/

Rabu, 11 April 2018

5 Anak Iblis

 5 Anak Iblis paling berbahaya

Ingat, bahwa bapak dari segala jin adalah Iblis dan memang makhluk ini termasuk dalam kategori makhluk gaib. Sifatnya yang sombong menjadi hal yang kita semua sudah tahu. Saat para malaikat diperintahkan oleh Allah untuk bersujud di hadapan Nabi Adam AS, malaikat semuanya menaati perintah tersebut, tapi Iblis malah bersombong diri. Bicara soal makhluk terkutuk, maka sudah jelas bahwa Iblis-lah yang menang dan perlu kita tahu juga bahwa ada kerajaan besar yang dijalankan oleh Iblis, dan ada lima anak Iblis yang sangat berbahaya. Daftar 5 Anak Iblis Paling Berbahaya di Dunia



1. Zalnabur
Salah satu dari nama anak Iblis yang paling berbahaya yang perlu kita tahu adalah Zalnabur di mana tempat kerjanya bersama dengan anak buahnya bisa ditemukan di pasar-pasar. Yang dikobarkan oleh anak Iblis satu ini adalah perselisihan, caci-maki, pertengkaran, dan bahkan hingga pembunuhan.


2. Maswath
Maswath ini pun menjadi salah satu nama anak Iblis yang perlu diwaspadai karena juga berbahaya. Mengapa bisa berbahaya adalah karena segala kebohongan dibuat oleh Maswath ini, entah itu kebohongan besar atau kecil, semua itu berasal dari Maswath. Ia sama seperti Zalnabur yang memiliki anak buah, dan beramai-ramai mereka akan menunjukkan diri ke dalam bentuk sesosok yang ikut duduk dalam suatu rapat di mana manusialah yang menyelenggarakannya. Menjadi salah satu anak Iblis paling berbahaya di dunia karena di tempat itulah kemudian akan ada kebohongan yang disebarkan dan akhirnya semakin merajalela akibat manusia ikut menyebarkannya.


3. Al-A’war
Anak Iblis satu ini spesialis di bidang pemicu terjadinya perzinahan dan anak Iblis ini jugalah yang akan membuat semua kejadian tersebut menjadi lebih mudah. Iblis inilah yang patut diwaspadai karena bagian bawah tubuh wanita bisa dijadikan begitu indah saat mereka keluar rumah. Iblis ini yang akan menggoda orang untuk terjerumus ke dalam dosa zina. Tidak hanya mendorong manusia untuk melakukannya, tapi Iblis ini juga akan membuat manusia melihat betapa zina itu merupakan hal yang menyenangkan. 5 nama anak Iblis paling berbahaya di dunia dan banyak tipu muslihat, salah satunya adalah Al-A’war, jadi kalau ada penurunan moral, maka itu pasti perbuatan dari Al-A’war bersama dengan antek-anteknya.


4. Dasim
Tugas dari anak Iblis ini adalah untuk membuat ikatan pernikahan menjadi tercerai-berai, di mana dalam kehidupan rumah tangga akan ada rasa benci yang berkobar-kobar. Seseorang akan didorong untuk menceritakan aib serta menyebarkannya sehingga memicu pertengkaran hingga akhirnya terjadilah perceraian. Anak kesayangan Iblis adalah Dasim dan ada doa khusus yang patut diucapkan untuk menghadapinya.


5. Tsabar
Salah satu nama Iblis paling berbahaya di dunia adalah Tsabar karena tugas yang ia punya adalah menghampiri manusia yang tengah dalam kesulitan dan musibah, seperti terkena bencana, kematian keluarga dan hal sejenisnya, lalu ia akan berbisik serta menyatakan perselisihan terhadap Allah. Manusia yang terkena bisikannya maka akan terdorong untuk meratap dan berkeluh-kesah. Untuk mencegah dan menghindarinya selalu ada jalan, yaitu dengan mengucapkan doa khusus di mana manusia bisa meminta perlindungan Allah.


Iblis bekerja dengan sangat luar biasa tanpa kita sadari dalam kehidupan kita sehari-hari. Pertengkaran, keluh kesah terhadap Allah, zina, kebohongan, serta perselisihan antar manusia adalah pekerjaan Iblis. Maka hendaklah kita sebagai umat Allah SWT yang beriman lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.


Sumber: kumpulanmisteri.com

Sabtu, 20 Januari 2018

MENGENAL DIRI ..ISMAIL ARIFIN

Episod : “Allah menyeru kepada Manusia agar menggunakan AKAL FIKIRANNYA”
Requirements: Windows: Windows Media Player 10 , QuickTime , Flash , Mac OS: Flip4Mac , QuickTime , Flash

A Film On The Life Of Holy Prophet Mohammed(P.B.U.H) Movie: The Message(In English)

http://www.tubeislam.com/
View Larger Map # Ceramah Melayu # Ceramah Inggeris # Bacaan Zikir, Selawat, Doa Qunut, Qasida & Nasyid # Bahan Teks dan Dokumen http://habibahmadismail.com/ website website website http://muhdkamil.org/ http://fenditazkirah.blogspot.com/2012/11/hijrah.html klik stop radio

Popular Posts

Blog list