Apakah Dajjal itu Manusia? Apakah Dajjal sudah muncul? Dimana Lokasi
Pulau tempat Dajjal berada?| Sejarah Dajjal, 70.000 Yahudi Iran
Pengikut Dajjal, Kemampuan Dajjal | Dajjal berambut keriting dan kusut masai, buta matanya yang kanan, matanya seperti anggur yang menonjol, tulisan kaf-fa-ra diantara kedua matanya.
Sifat-sifat Dajjal
(ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Abdillah Abdurrahman Mubarak )
Keluarnya Dajjal merupakan satu perkara yang pasti. Dajjal
akan berusaha menyesatkan manusia dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sehingga orang yang beriman semestinya mengetahui sifat serta
fitnah-fitnah Dajjal agar terhindar dari kesesatannya.
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu menerangkan: “Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyifati Dajjal dengan penjelasan
yang gamblang bagi orang yang punya hati. Sifat-sifat tersebut semuanya
jelek, yang nampak jelas bagi orang yang mempunyai indera yang sehat.
Namun orang yang Allah Subhanahu wa Ta’ala tetapkan akan celaka tetap
mengikuti Dajjal dalam pengakuannya yang dusta dan dungu, serta
diharamkan untuk mengikuti al-haq….”
Apakah Dajjal itu Manusia?
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullahu berkata: “Ya. Dajjal adalah manusia dari bani Adam. Sebagian para ulama menyatakan Dajjal adalah setan. Sebagian lagi menyatakan bapaknya manusia, ibunya dari bangsa jin.
Tapi semua pendapat ini tidaklah benar. Karena dia butuh makan, minum,
dan lainnya. Oleh karena itu, Nabi ‘Isa ‘alaihissalam membunuhnya dengan
cara membunuh manusia biasa.” (Asy-Syarhul Mumti’ 3/275)
Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullahu berkata: “Hadits-hadits ini adalah
hujjah bagi Ahlus Sunnah akan benarnya keberadaan Dajjal, bahwa Dajjal
adalah satu sosok tubuh yang merupakan ujian dari Allah Subhanahu wa
Ta’ala bagi hamba-hamba-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan dia
kemampuan melakukan beberapa hal, seperti menghidupkan orang
mati yang ia bunuh, memunculkan kesuburan, membawa sungai, surga dan
neraka, perbendaharaan bumi mengikuti dirinya, memerintahkan langit
untuk hujan maka turunlah hujan, memerintahkan bumi untuk menumbuhkan
maka tumbuhlah tanaman-tanaman. Itu semua terjadi dengan
kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Setelah itu, ia tak mampu
melakukannya, tidak mampu membunuh seorang laki-laki (yang sebelumnya
dibunuh kemudian dihidupkan kembali olehnya) ataupun lainnya….”
Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu berkata: “(Yang benar) Dajjal
adalah manusia. Fitnahnya lebih besar dari (sekedar) fitnah Eropa
sebagaimana banyak diterangkan dalam banyak hadits.” (Ash-Shahihah,
3/191)
Dakwah Dajjal
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullahu mengatakan: “Telah
disebutkan, awal mula ia keluar menyeru kepada Islam, mengaku sebagai
muslim. Kemudian mengaku sebagai nabi, setelah itu mengaku sebagai
ilah.” (Asy-Syarhul Mumti’ 3/268, lihat Qishshatu Dajjal wa Nuzul ‘Isa karya Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu)
Sifat-sifat dan Bentuk Fisiknya
1. Seorang pemuda yang berambut keriting dan kusut masai.
Dari An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
إِنَّهُ شَابٌّ قَطَطٌ عَيْنُهُ طَافِئَةٌ كَأَنِّي أُشَبِّهُهُ بِعَبْدِ الْعُزَّى بْنِ قَطَنٍ
“Dia adalah seorang pemuda yang sangat keriting rambutnya, hilang
cahaya matanya, seakan-akan aku menyerupakannya dengan Abdul ‘Uzza bin
Qathan.” (HR. Muslim: 2937)
Dalam riwayat lain: “Rambutnya kusut.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
إِنَّ مِنْ بَعْدِكُمُ الْكَذَّابَ الْمُضِلَّ وَإِنَّ رَأْسَهُ مِنْ
بَعْدِهِ حُبُكٌ حُبُكٌ حُبُكٌ -ثَلاَثَ مَرَّاتٍ- وَإِنَّهُ سَيَقُوْلُ:
أَنَا رَبُّكُمْ؛ فَمَنْ قَالَ: لَسْتَ رَبَّنَا لَكِنَّ رَبَّنَا اللهُ
عَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْهِ أَنَبْنَا نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ
شَرِّكَ؛ لَمْ يَكُنْ لَهُ عَلَيْهِ سُلْطَانٌ
“Nanti akan ada pendusta yang menyesatkan, rambut di belakangnya
hubukun (keriting seperti terjalin/dipintal) –beliau ucapkan tiga kali–.
Dia akan berkata: ‘Aku adalah Rabb kalian’. Barangsiapa yang berkata:
‘Engkau bukan Rabb kami. Rabb kami adalah Allah, kepada-Nyalah kami
bertawakal dan kepada-Nyalah kami kembali. Kami berlindung kepada Allah
dari kejahatanmu’, niscaya Dajjal tak mampu mengalahkannya.”
(Ash-Shahihah no. 2808)
Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu berkata: “Hadits ini merupakan
dalil yang tegas bahwa Dajjal akbar (terbesar) adalah manusia yang punya
kepala dan rambut. Bukan sesuatu yang maknawi atau kiasan dari
kerusakan, sebagaimana ucapan orang-orang yang lemah imannya….”
(Silsilah Ahadits Shahihah, 6/2, pada penjelasan hadits no. 2808)
Berita tentang munculnya Dajjal
dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang wajib diimani dengan
sifat-sifat yang telah disebutkan dengan terang dan jelas yang tidak
butuh penakwilan apapun, di antaranya:
1. Dia dari Bani Adam
2. Laki-laki
3. Pemuda
4. Pendek
5. Berkulit merah
6. Keriting rambutnya
7. Dahinya lebar
8. Lehernya lebar
9. Matanya buta sebelah kanan
10.Tertulis di antara dua matanya ك ف ر (yang bermakna kafir)
11.Tidak berketurunan
12.Pada matanya sebelah kiri terdapat daging tumbuh.
Sifat-sifat di atas disebutkan di dalam banyak hadits baik dalam Ash-Shahihain (Al-Bukhari dan Muslim) atau selain keduanya.
2. Matanya
Dia adalah seorang yang buta sebelah, sedangkan Rabb kalian tidaklah demikian. Masalah ini diriwayatkan dalam hadits yang mutawatir, diriwayatkan oleh lebih dari sepuluh orang sahabat. Di antaranya:
- Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma:
قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي النَّاسِ
فَأَثْنَى عَلَى اللهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ ثُمَّ ذَكَرَ الدَّجَّالَ
فَقَالَ: إِنِّي أُنْذِرُكُمُوْهُ وَمَا مِنْ نَبِيٍّ إِلاَّ قَدْ
أَنْذَرَهُ قَوْمَهُ، لَقَدْ أَنْذَرَهُ نُوْحٌ قَوْمَهُ وَلَكِنْ
سَأَقُوْلُ لَكُمْ فِيْهِ قَوْلاً لَمْ يَقُلْهُ نَبِيٌّ لِقَوْمِهِ،
تَعْلَمُوْنَ أَنَّهُ أَعْوَرُ وَأَنَّ اللهَ لَيْسَ بِأَعْوَرَ
Rasulullah berdiri di hadapan manusia, menyanjung Allah Subhanahu wa
Ta’ala dengan sanjungan yang merupakan hak-Nya, kemudian menyebut Dajjal
dan berkata: “Aku memperingatkan kalian darinya, tidaklah ada seorang
nabi kecuali pasti akan memperingatkan kaumnya tentang Dajjal. Nuh
‘alaihissalam telah memperingatkan kaumnya. Akan tetapi aku akan
sampaikan kepada kalian satu ucapan yang belum disampaikan para nabi
kepada kaumnya. Ketahuilah dia itu buta sebelah, adapun Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah demikian.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari, Muslim no. 2930)
- Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
إِنَّ الْمَسِيْحَ الدَّجَّالَ أَعْوَرُ عَيْنِ الْيُمْنَى كَأَنَّ عَيْنَهُ عِنَبَةٌ طَافِيَةٌ
“Sesungguhnya Dajjal buta matanya yang kanan, matanya seperti anggur yang menonjol.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim no. 2932)
- Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
أَلاَ أُحَدِّثُكُمْ حَدِيْثًا عَنْ الدَّجَّالِ مَا حَدَّثَ بِهِ
نَبِيٌّ قَوْمَهُ؛ إِنَّهُ أَعْوَرُ وَإِنَّهُ يَجِيْءُ مَعَهُ بِمِثَالِ
الْجَنَّةِ وَالنَّارِ فَالَّتِي يَقُوْلُ إِنَّهَا الْجَنَّةُ هِيَ
النَّارُ وَإِنِّي أُنْذِرُكُمْ كَمَا أَنْذَرَ بِهِ نُوْحٌ قَوْمَهُ
“Maukah aku sampaikan kepada kalian tentang Dajjal yang telah
disampaikan oleh seorang nabi kepada kaumnya? Dia buta sebelah, membawa
sesuatu seperti surga dan neraka. Yang dia katakan surga pada hakikatnya
adalah neraka, aku peringatkan kepada kalian sebagaimana Nabi Nuh
‘alaihissalam memperingatkan kaumnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim no.
2936)
Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
هُوَ أَعْوَرُ هِجَانٌ كَأَنَّ رَأْسَهُ أَصَلَةٌ، أَشْبَهُ رِجَالِكُمْ
بِهِ عَبْدُ الْعُزَّى بْنُ قَطَنٍ فَإِمَّا هَلَكَ الْهُلَّكُ فَإِنَّ
رَبَّكُمْ عَزَّ وَجَلَّ لَيْسَ بِأَعْوَرَ
“Dajjal matanya buta sebelah, kulitnya putih.” (Dalam satu riwayat):
“Kulitnya putih seperti keledai putih. Kepalanya kecil dan banyak gerak,
mirip dengan Abdul ‘Uzza bin Qathan. Jika ada orang-orang yang binasa
(mengikuti fitnahnya), ketahuilah Rabb kalian tidaklah buta sebelah.”
(HR. Ahmad dan Ibnu Hibban, Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu berkata:
Sanadnya shahih menurut syarat Muslim, Ash-Shahihah, no. 1193)
Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu berkata: “Hadits ini menunjukkan
Dajjal akbar adalah manusia yang mempunyai sifat seperti manusia.
Apalagi Rasulullah menyerupakannya dengan Abdul ‘Uzza bin Qathan,
seorang shahabat. Hadits ini satu dari sekian banyak dalil yang
membatilkan takwil sebagian orang yang menyatakan Dajjal bukanlah sosok
fisik, tapi rumuz (simbol) kemajuan Eropa berikut kemegahan serta
fitnahnya. (Yang haq) Dajjal adalah manusia, fitnahnya lebih besar dari
fitnah Eropa sebagaimana banyak diterangkan dalam banyak hadits.”
(Ash-Shahihah, 3/191)
Tulisan di antara Kedua Matanya
Tertulis di antara kedua matanya ك ف ر yang bisa dibaca oleh mukmin yang bisa baca tulis ataupun tidak. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
مَا مِنْ نَبِيٍّ إِلاَّ وَقَدْ أَنْذَرَ أُمَّتَهُ اْلأَعْوَرَ
الْكَذَّابَ أَلاَ إِنَّهُ أَعْوَرُ وَإِنَّ رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَرَ
وَمَكْتُوْبٌ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ك ف ر
“Tidak ada seorang nabi pun kecuali memperingatkan umatnya dari
Dajjal. Dia buta, pendusta. Ketahuilah dia buta, adapun Rabb kalian
tidaklah demikian. Tertulis di antara dua mata Dajjal :ك ف ر -yakni:
kafir.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim no. 2933)
Dari ‘Umar bin Tsabit Al-Anshari rahimahullah, beliau mendapatkan
berita dari sebagian shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bahwasanya pada suatu hari beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata
memperingatkan manusia dari Dajjal:
إِنَّهُ مَكْتُوْبٌ بَيْنَ عَيْنَيْهِ كَافِرٌ يَقْرَؤُهُ مَنْ كَرِهَ عَمَلَهُ أَوْ يَقْرَؤُهُ كُلُّ مُؤْمِنٍ
“Sesungguhnya tertulis di antara dua matanya ك ف ر, akan bisa
membacanya orang yang membenci amalannya -atau akan membacanya semua
mukmin.” (HR. Muslim)
Dalam satu riwayat dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu:
يَقْرَؤُهُ كُلُّ مُؤْمِنٍ كَاتِبٍ وَغَيْرِ كَاتِبٍ
“Akan bisa membacanya semua mukmin yang bisa menulis ataupun tidak.” (HR. Muslim, 2934/105)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata: “Yang benar dan ini adalah
ucapan para ulama muhaqqiqin: Tulisan (yang ada di antara kedua mata
Dajjal, -pen.) adalah hakiki adanya sesuai dzahirnya. Allah Subhanahu wa
Ta’ala jadikan sebagai tanda di antara sekian tanda kekufuran,
kedustaan, dan kebatilannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala tampakkan kepada
seluruh mukmin yang bisa baca tulis ataupun tidak, dan Allah Subhanahu
wa Ta’ala sembunyikan (tanda tersebut) dari orang yang diinginkan
kesesatannya dan terkena fitnahnya.” (Syarh Muslim, 9/294)
Pengikut Dajjal
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
يَتْبَعُ الدَّجَّالَ مِنْ يَهُوْدِ أَصْبَهَانَ سَبْعُوْنَ أَلْفًا عَلَيْهِمْ الطَّيَالِسَةُ
“Akan mengikuti Dajjal dari kaum Yahudi Ashbahan (sebuah kota
di Iran) 70.000 orang, (tanda) mereka memakai thayalisah (sejenis kain
yang dipakai di pundak).” (HR. Muslim no. 2944)
Pengikut Dajjal adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang yang jahat. Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha:
دَخَلَ عَلَيَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا
أَبْكِي، فَقَالَ لِي: مَا يُبْكِيْكِ؟ قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ،
ذَكَرْتُ الدَّجَّالَ فَبَكَيْتُ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنْ يَخْرُجِ الدَّجَّالُ وَأَنَا حَيٌّ
كَفَيْتُكُمُوْهُ، وَإِنْ يَخْرُجِ الدَّجَّالُ بَعْدِي فَإِنَّ رَبَّكُمْ
عَزَّ وَجَلَّ لَيْسَ بِأَعْوَرَ وَإِنَّهُ يَخْرُجُ فِي يَهُوْدِيَّةِ
أَصْبَهَانَ حَتَّى يَأْتِيَ الْمَدِيْنَةَ فَيَنْزِلَ نَاحِيَتَهَا
وَلَهَا يَوْمَئِذٍ سَبْعَةُ أَبْوَابٍ عَلَى كُلِّ نَقْبٍ مِنْهَا
مَلَكَانِ، فَيَخْرُجَ إِلَيْهِ شِرَارُ أَهْلِهَا
“Rasulullah masuk ke kamarku dalam keadaan aku sedang menangis.
Beliau berkata kepadaku: ‘Apa yang membuatmu menangis?’ Aku menjawab:
‘Saya mengingat perkara Dajjal maka aku pun menangis.’ Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: ‘Jika dia keluar sedang aku masih
berada di antara kalian niscaya aku akan mencukupi (melindungi) kalian.
Jika dia keluar setelah aku mati maka ketahuilah Rabb kalian tidak buta
sebelah. Dajjal keluar bersama orang-orang Yahudi Ashbahan hingga
datang ke Madinah dan berhenti di salah satu sudut Madinah. Madinah
ketika itu memiliki tujuh pintu, setiap celahnya ada dua malaikat yang
berjaga. Maka keluarlah orang-orang jahat dari Madinah mendatangi Dajjal
….” (HR. Ahmad, Abdullah bin Ahmad, Ibnu Hibban. Asy-Syaikh Al-Albani
rahimahullahu berkata: Sanadnya shahih)
Dalam sebuah hadits disebutkan juga bahwa Dajjal akan muncul di tengah-tengah pasukan Khawarij.
يَنْشَأُ نَشْءٌ يَقْرَؤُوْنَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ،
كُلَّمَا خَرَجَ قَرْنٌ قُطِعَ حَتَّى خَرَجَ فِي عِرَاضِهِمُ الدَّجَّالُ
“Akan muncul sekelompok pemuda yang (pandai) membaca Al-Qur`an tapi
tidak melewati tenggorokan mereka. Setiap kali keluar sekelompok mereka,
maka akan tertumpas sehingga muncul Dajjal di tengah-tengah mereka.”
(HR. Ibnu Majah no. 174, lihat Ash-Shahihah no. 2455)
Macam-macam Fitnahnya
Fitnah yang dilakukan Dajjal banyak sekali, di antaranya:
1. Bersamanya ada surganya dan nerakanya.
Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
الدَّجَّالُ أَعْوَرُ الْعَيْنِ الْيُسْرَى جُفَالُ الشَّعْرِ مَعَهُ جَنَّةٌ وَنَارٌ فَنَارُهُ جَنَّةٌ وَجَنَّتُهُ نَارٌ
“Dajjal cacat matanya yang kiri1, keriting rambutnya,
bersamanya surga dan nerakanya. Nerakanya adalah surga dan surganya
adalah neraka.” (HR. Muslim, no. 2934)
2. Membunuh satu jiwa kemudian menghidupkannya kembali.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
فَيَخْرُجُ إِلَيْهِ يَوْمَئِذٍ رَجُلٌ هُوَ خَيْرُ النَّاسِ أَوْ مِنْ
خَيْرِ النَّاسِ فَيَقُوْلُ لَهُ: أَشْهَدُ أَنَّكَ الدَّجَّالُ الَّذِي
حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدِيْثَهُ.
فَيَقُوْلُ الدَّجَّالُ: أَرَأَيْتُمْ إِنْ قَتَلْتُ هَذَا ثُمَّ
أَحْيَيْتُهُ أَتَشُكُّوْنَ فِي اْلأَمْرِ؟ فَيَقُوْلُوْنَ: لاَ. قَالَ:
فَيَقْتُلُهُ ثُمَّ يُحْيِيْهِ…
“Keluarlah pada hari itu seorang yang terbaik atau di antara orang
terbaik. Dia berkata: ‘Aku bersaksi engkau adalah Dajjal yang telah
disampaikan kepada kami oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.’
Dajjal berkata (kepada pengikutnya): ‘Apa pendapat kalian jika aku bunuh
dia dan aku hidupkan kembali apakah kalian masih ragu kepadaku?’ Mereka
berkata: ‘Tidak.’ Maka Dajjal membunuhnya dan menghidupkannya
kembali….” (HR. Muslim no. 2938)
3. Menggergaji seseorang kemudian membangkitkannya kembali. (HR. Muslim, 2938/113)
4. Memerintahkan langit untuk menurunkan hujan lalu turunlah hujan.
Dari An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
فَيَأْتِي عَلَى الْقَوْمِ فَيَدْعُوْهُمْ فَيُؤْمِنُوْنَ بِهِ
وَيَسْتَجِيْبُوْنَ لَهُ فَيَأْمُرُ السَّمَاءَ فَتُمْطِرُ وَاْلأَرْضَ
فَتُنْبِتُ
“…Dia datang kepada satu kaum mendakwahi mereka. Merekapun beriman
kepadanya, menerima dakwahnya. Maka Dajjal memerintahkan langit untuk
hujan dan memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tanaman, maka turunlah
hujan dan tumbuhlah tanaman….” (HR. Muslim no. 2937)
Adapun kaum yang tidak beriman dan tidak menerima dakwah Dajjal, tidak ada sedikit harta pun tersisa pada mereka.
5. Akan diikuti perbendaharaan harta.
Dalam hadits An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu disebutkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
وَيَمُرُّ بِالْخَرِبَةِ فَيَقُوْلُ لَهَا: أَخْرِجِي كُنُوْزَكِ. فَتَتْبَعُهُ كُنُوْزُهَا كَيَعَاسِيْبِ النَّحْلِ
“…Dia mendatangi reruntuhan dan berkata: ‘Keluarkanlah
perbendaharaanmu.’ Maka keluarlah perbendaharaannya mengikuti Dajjal
seperti sekelompok lebah.” (HR. Muslim no. 2937)
6. Bersamanya air, sungai, dan gunung roti, api, dan air.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَإِنَّهُ مَعَهُ جَنَّةٌ وَنَارٌ وَنَهْرٌ وَمَاءٌ وَجَبَلُ خُبْزٍ وَإِنَّ جَنَّتَهُ نَارٌ وَنَارَهُ جَنَّةٌ
“…Sesungguhnya bersama dia ada surga dan nerakanya, sungai dan air,
serta gunung roti. Sesungguhnya surganya Dajjal adalah neraka dan
nerakanya Dajjal adalah surga.” (HR. Ahmad. Asy-Syaikh Al-Albani
rahimahullahu berkata: sanadnya shahih. Lihat Qishshatu Masihid Dajjal)
Dari ‘Uqbah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Aku mendengar
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata tentang Dajjal:
إِنَّ الدَّجَّالَ يَخْرُجُ وَإِنَّ مَعَهُ مَاءً وَنَارًا فَأَمَّا
الَّذِي يَرَاهُ النَّاسُ مَاءً فَنَارٌ تُحْرِقُ وَأَمَّا الَّذِي يَرَاهُ
النَّاسُ نَارًا فَمَاءٌ بَارِدٌ عَذْبٌ، فَمَنْ أَدْرَكَ ذَلِكَ مِنْكُمْ
فَلْيَقَعْ فِي الَّذِي يَرَاهُ نَارًا فَإِنَّهُ مَاءٌ عَذْبٌ طَيِّبٌ
“Sungguh Dajjal akan keluar dan bersamanya ada air dan api. Apa yang
dilihat manusia air sebenarnya adalah api yang membakar. Apa yang
dilihat manusia api sesungguhnya adalah air minum dingin yang segar.
Barangsiapa di antara kalian yang mendapatinya hendaknya memilih yang
dilihatnya api, karena itu adalah air segar yang baik.” (HR. Muslim no.
2935)
Jika seorang mukmin telah mengetahui dan beriman akan keluarnya
Dajjal dengan membawa fitnah yang demikian dahsyat, hendaknya ia
mengamalkan beberapa sebab untuk menjaga dirinya dari Dajjal dan
fitnahnya. Di antara amalan tersebut:
1. Minta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari
kejelekan fitnahnya, memperbanyak minta perlindungan darinya terutama
setelah tasyahud akhir. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللهِ مِنْ أَرْبَعٍ
يَقُوْلُ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ
عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ
فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ
“Jika salah seorang kalian selesai dari tasyahud akhir mintalah
perlindungan dari empat perkara: ‘Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari
adzab jahannam, dari adzab kubur, dari fitnah waktu hidup dan waktu
mati, dan dari kejahatan fitnah Dajjal’.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
2. Menghafal sepuluh ayat pertama dari surat Al-Kahfi.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُوْرَةِ الْكَهْف عُصِمَ مِنْ الدَّجَّالِ
“Barangsiapa menghafal sepuluh ayat pertama dari surat Al-Kahfi, akan terjaga dari fitnah Dajjal.” (HR. Muslim)
3. Menjauhinya, tidak mendatanginya kecuali seorang yang yakin tak akan terkena mudarat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ سَمِعَ بِالدَّجَّالِ فَلْيَنْأَ مِنْهُ فَإِنَّ الرَّجُلَ
يَأْتِيْهِ وَهُوَ يَحْسِبُ أَنَّهُ مُؤْمِنٌ فَلاَ يَزَالُ بِهِ لِمَا
مَعَهُ مِنْ الشُّبَهِ حَتَّى يَتَّبِعَهُ
“Barangsiapa mendengar (keluarnya) Dajjal hendaknya menjauh darinya.
Demi Allah, sungguh ada seorang yang mendatanginya merasa dirinya
beriman tapi kemudian mengikuti Dajjal dikarenakan syubhat-syubhat yang
dilontarkan Dajjal.” (HR. Ahmad)
4. Tinggal di Makkah dan Madinah
Karena keduanya adalah negeri yang aman tak bisa dimasuki Dajjal. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ مِنْ بَلَدٍ إِلاَّ سَيَطَؤُهُ الدَّجَّالُ إِلاَّ مَكَّةَ
وَالْمَدِيْنَةَ لَيْسَ لَهُ مِنْ نِقَابِهَا نَقْبٌ إِلاَّ عَلَيْهِ
الْمَلاَئِكَةُ صَافِّيْنَ يَحْرُسُوْنَهَا
“Tidak ada satu negeri pun kecuali akan dimasuki Dajjal, kecuali
Makkah dan Madinah. Dia tidak mendapati celah/ jalan masuk kecuali
padanya ada malaikat yang berbaris menjaganya.” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu)
Dan termasuk yang terjaga dari Dajjal juga adalah Masjidil Aqsha
serta bukit Tursina (dalam riwayat Ahmad dan Ibnu Hibban sebagaimana
dalam Qishshatu Masihid Dajjal)
Dari nash-nash yang kita dapatkan tentang Dajjal, kita dapatkan kesimpulan:
1. Luasnya rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya,
karena Dia telah membekali mereka dengan senjata yang bisa mematahkan
hujjah dan fitnah Dajjal. Ini terwujud dengan penjelasan sifat-sifat
yang menunjukkan kedustaannya, kaum mukmin diberi kemampuan untuk
membaca apa yang tertulis di kening Dajjal yang menunjukkan
kekufurannya. Juga Allah Subhanahu wa Ta’ala bimbing kita untuk
menghafal sepuluh ayat pertama dalam surat Al-Kahfi sebagai tameng dari
Dajjal.
2. Dajjal adalah sosok manusia yang telah sangat jelas sifat-sifatnya
sebagai manusia. Ini membantah ucapan orang sesat dan ahlul bid’ah yang
menyatakan Dajjal hanyalah sosok fiktif belaka atau hanyalah simbol
dari tersebarnya kerusakan.
3. Dajjal mempunyai sifat dan fitnah-fitnah yang telah digambarkan
dengan rinci: keluarnya di akhir jaman, muncul dari arah Syam, tinggal
selama 40 hari, diberi kemampuan mematikan dan menghidupkan, membawa
surga dan neraka, tertulis di antara dua matanya ك ف ر, dan sifat
lainnya. Ini membantah ucapan yang menyatakan bahwa Dajjal adalah Sri
Sathya Sai Baba dari India, atau kiasan dari kemajuan serta fitnah
Eropa.
Wa akhiru da’wana anil hamdulillahi Rabbbil ‘alamin.
1 Dalam hal ini terdapat perbedaan riwayat, sebagian menyatakan yang
kiri dan sebagaian menyatakan yang kanan. Sebagian ulama mengkompromikan
riwayat-riwayat tersebut dengan mengatakan bahwa mata yang kanan
terhapus dan tidak bercahaya, sedangkan pada mata yang kiri terdapat
sepotong daging yang menonjol. (ed)
Dikutip dari www.asysyariah.com Penulis : Al-Ustadz Abu Abdillah Abdurrahman Mubarak, Sifat-sifat Dajjal
Dajjal Sudah Ada di Sebuah Pulau
Asy-Sya’bi rahimahullahu mengatakan kepada Fathimah bintu Qais
radhiyallahu ‘anha: “Beri aku sebuah hadits yang kamu dengar dari
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang tidak kamu sandarkan
kepada seorang pun selain beliau.” Fathimah mengatakan: “Jika engkau
memang menghendakinya akan aku lakukan.” “Ya, berikan aku hadits itu,”
jawab Asy-Sya’bi.
Fathimah pun berkisah: “…
Aku mendengar seruan orang yang berseru,
penyeru Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, menyeru ‘Ash-shalatu
Jami’ah’. Aku pun keluar menuju masjid lantas shalat bersama Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan aku berada pada shaf wanita yang
langsung berada di belakang shaf laki-laki. Tatkala Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai dari shalatnya maka beliau duduk
di mimbar dan tertawa seraya mengatakan: ‘Hendaknya setiap orang tetap
di tempat shalatnya.’ Kemudian kembali berkata: ‘Apakah kalian tahu
mengapa aku kumpulkan kalian?’ Para sahabat menjawab: ‘Allah dan
Rasul-Nya lebih tahu.’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan:
‘Sesungguhnya –demi Allah-, aku tidak kumpulkan kalian untuk sesuatu
yang menggembirakan atau menakutkan kalian. Namun aku kumpulkan kalian
karena Tamim Ad-Dari. Dahulu ia seorang Nasrani lalu datang kemudian
berbai’at dan masuk Islam serta mengabariku sebuah kisah, sesuai dengan
apa yang aku ceritakan kepada kalian tentang Al-Masih Ad-Dajjal.
Ia memberitakan bahwa ia naik kapal bersama 30 orang dari Kabilah
Lakhm dan Judzam. Lalu mereka dipermainkan oleh ombak hingga berada di
tengah lautan selama satu bulan. Sampai mereka terdampar di sebuah pulau
di tengah lautan tersebut saat tenggelamnya matahari. Mereka pun duduk
(menaiki) perahu-perahu kecil. Setelah itu mereka memasuki pulau
tersebut hingga menjumpai binatang yang berambut sangat lebat dan kaku.
Mereka tidak tahu mana qubul dan mana dubur-nya, karena demikian lebat
bulunya. Mereka pun berkata: ‘Apakah kamu ini?’ Ia (binatang yang bisa
berbicara itu) menjawab:
‘Aku adalah Al-Jassasah.’ Mereka
mengatakan: ‘Apa Al-Jassasah itu?’ Ia (justru mengatakan): ‘Wahai kaum,
pergilah kalian kepada laki-laki yang ada rumah ibadah itu. Sesungguhnya
ia sangat merindukan berita kalian.’
Tamim mengatakan: ‘Ketika
dia menyebutkan untuk kami orang laki-laki, kami khawatir kalau
binatang itu ternyata setan.’ Tamim mengatakan: ‘Maka kami pun bergerak
menuju kepadanya dengan cepat sehingga kami masuk ke tempat ibadah itu.
Ternyata
di dalamnya
ada orang yang paling besar yang pernah kami lihat dan paling kuat
ikatannya. Kedua tangannya terikat dengan lehernya, antara dua lututnya
dan dua mata kakinya terikat dengan besi. Kami katakan:
‘Celaka kamu, apa kamu ini?’ Ia menjawab: ‘Kalian telah mampu mengetahui
tentang aku.
Maka beritakan kepadaku siapa kalian ini?’ Mereka
menjawab: ‘Kami ini orang-orang dari Arab. Kami menaiki kapal ternyata
kami bertepatan mendapati laut sedang bergelombang luar biasa, sehingga
kami dipermainkan ombak selama satu bulan lamanya, sampai kami terdampar
di pulaumu ini. Kami pun naik perahu kecil, lalu memasuki pulau
ini dan bertemu dengan binatang yang sangat lebat dan kaku rambutnya.
Tidak diketahui mana qubul-nya dan mana duburnya karena lebatnya rambut.
Kamipun mengatakan: ‘Celaka kamu, apa kamu ini?’ Ia menjawab: ‘Aku
adalah Al-Jassasah.’ Kamipun bertanya lagi: ‘Apa Al-Jassasah itu?’ Ia
malah menjawab, pergilah ke rumah ibadah itu sesungguhnya ia sangat
merindukan berita kalian. Maka kami pun segera menujumu dan kami takut
dari binatang itu. Kami tidak merasa aman kalau ternyata ia adalah
setan.’
Lalu orang itu mengatakan:
‘Kabarkan kepadaku tentang pohon-pohon korma di Baisan.’
Kami mengatakan: ‘Tentang apanya engkau meminta beritanya?’
‘Aku bertanya kepada kalian tentang pohon kormanya, apakah masih berbuah?’ katanya.
Kami menjawab: ‘Ya.’
Ia mengatakan:
‘Sesungguhnya hampir-hampir ia tidak akan mengeluarkan buahnya. Kabarkan kepadaku tentang danau Thabariyyah.’
http://cidorocity.blogspot.com/2011/09/berita-dajjal-dan-danau-galilea-atau.html
Kami jawab:
‘Tentang apa engkau meminta beritanya?’
‘Apakah masih ada airnya?’ jawabnya.
Mereka menjawab: ‘Danau itu banyak airnya.’
Ia mengatakan:
‘Sesungguhnya hampir-hampir airnya akan hilang. Kabarkan kepadaku tentang mata air Zughar1.’
Mereka mengatakan: ‘Tentang apanya kamu minta berita?’
‘Apakah di mata air itu masih ada airnya? Dan apakah penduduknya masih bertani dengan airnya?’ jawabnya.
Kami katakan: ‘Ya, mata air itu deras airnya dan penduduknya bertani
dengannya.’ Ia mengatakan: ‘Kabarkan kepadaku tentang Nabi Ummiyyin, apa
yang dia lakukan?’
Mereka menjawab: ‘Ia telah muncul dari Makkah dan tinggal di Yatsrib (Madinah).’
Ia mengatakan: ‘Apakah orang-orang Arab memeranginya?’
Kami menjawab: ‘Ya.’
Ia mengatakan lagi: ‘Apa yang dia lakukan terhadap orang-orang Arab?’
Maka kami beritakan bahwa ia telah menang atas orang-orang Arab di
sekitarnya dan mereka taat kepadanya.
Ia mengatakan: ‘Itu sudah terjadi?’
Kami katakan: ‘Ya.’
Ia mengatakan: ‘Sesungguhnya baik bagi mereka untuk taat kepadanya.
Dan aku akan beritakan kepada kalian tentang aku, sesungguhnya aku
adalah Al-Masih. Dan hampir-hampir aku diberi ijin untuk keluar sehingga
aku keluar lalu berjalan di bumi dan tidak ku tinggalkan satu negeri
pun kecuali aku akan turun padanya dalam waktu 40 malam kecuali Makkah
dan Thaibah, keduanya haram bagiku. Setiap kali aku akan masuk pada
salah satunya, malaikat menghadangku dengan pedang terhunus di
tangannya, menghalangiku darinya. Dan sesungguhnya pada setiap celahnya
(dua kota itu) ada para malaikat yang menjaganya.’
Fathimah mengatakan: ‘Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda dengan menusukkan tongkatnya di mimbar sambil mengatakan:
‘Inilah Thaibah, inilah Thaibah, inilah Thaibah2, yakni Al-Madinah.
Apakah aku telah beritahukan kepada kalian tentang hal itu?’
Orang-orang menjawab: ‘Ya.’
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sesungguhnya cerita
Tamim menakjubkanku, di mana sesuai dengan apa yang kuceritakan kepada
kalian tentangnya (Dajjal), serta tentang Makkah dan Madinah.
Ketahuilah
bahwa ia berada di lautan Syam atau lautan Yaman- tidak, bahkan dari
arah timur. Tidak, dia dari arah timur. Tidak, dia dari arah timur.
Tidak, dia dari arah timur -dan beliau mengisyaratkan dengan tangannya
ke arah timur-.’
Fathimah mengatakan:
“Ini saya hafal dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
(HR. Muslim, Kitabul Fitan wa Asyrathis Sa’ah, Bab Qishshatul Jassasah)
1 Nama sebuah daerah di Syam.
2 Dalam riwayat lain beliau mengatakan: “Dan itu adalah Dajjal.”
LINK
Sifat-sifat dan Ciri “Bangsa Ya’juj Wa Ma’juj” : Mereka adalah manusia keturunan Adam, jumlahnya sangat besar, perusak, tidak
pandai berbicara dan tidak fasih, bermata kecil (sipit), berhidung
kecil, lebar mukanya, merah warna kulitnya seakan-akan wajahnya seperti
perisai
Mengenal Ya’juj dan Ma’juj
Kemunculan sebuah bangsa yang akan menciptakan kekacauan
serta kerusakan di muka bumi telah ditakdirkan Allah subhanahuwata’ala
sebagai salah satu penanda kiamat besar. Siapakah dan bagaimanakah
mereka?
Di dalam beberapa hadits tentang tanda-tanda
hari kiamat kubra, disebutkan ada sepuluh tanda hari kiamat. Di
antaranya adalah keluarnya Ya`juj wa Ma`juj. Berita tentang keluarnya
Ya`juj wa Ma`juj bukan hanya mutawatir, bahkan disebutkan dalam
Al-Qur’an surat Al-Anbiya’ ayat 96-97: Hingga apabila dibukakan (dinding) Ya’juj dan Ma’juj,
dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan
telah dekatlah datangnya janji yang benar (hari berbangkit), maka
tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (Mereka berkata):
“Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami dalam kelalaian tentang ini,
bahkan kami adalah orang-orang yang dzalim.” Ibnu Katsir rahimahullahu
menerangkan: mereka adalah dari keturunan Adam ‘alaihissalam dari
keturunan Nabi Nuh ‘alaihissalam, dari anak keturunan Yafits yakni nenek
moyang bangsa Turki yang terisolir oleh benteng tinggi yang dibangun oleh Dzulqarnain.
Sedangkan makna “min kulli hadabin yansilun” diterangkan
oleh Ibnu Katsir ahimahullahu: yakni turun dari tempat-tempat yang
tinggi dengan cepat dengan membuat kerusakan.
Demikian pula disebutkan dalam surat Al-Kahfi ayat 94: “Wahai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya`juj wa Ma`juj
merusak di muka bumi, kami akan siapkan imbalan yang besar agar kiranya
engkau membuatkan benteng antara kami dengan mereka.” Adapun kalimat
yang menunjukkan bahwa runtuhnya benteng Dzulqarnain dan keluarnya Ya`juj wa Ma`juj sebagai tanda dekatnya hari kiamat adalah ucapan Allah subhanahuwata’ala pada ayat ke-98:
“Ini adalah rahmat dari Rabbku…..” Ibnu Katsir
rahimaullahu menyatakan: “Ini adalah dalil yang menunjukkan bahwa mereka
tidak akan bisa melubanginya sedikitpun…” Sedangkan makna “Jika datang
janji Rabbku” adalah: Jika telah dekat hari kiamat, Allah
subhanahuwata’ala akan runtuhkan benteng tersebut. Demikian dikatakan
oleh Ibnu Katsir rahimahullahu.
Ya`juj wa Ma`juj dari keturunan Adam ‘alaihissalam
Ya’juj wa Ma’juj adalah dari jenis manusia
keturunan Adam q. Tidak seperti yang digambarkan oleh sebagian orang
bahwa mereka bukanlah dari keturunan manusia. Hanya saja mereka
adalah orang-orang yang merusak serta memiliki sifat dan perangai yang
Allah subhanahuwata’ala takdirkan kepada mereka tidak seperti manusia
pada umumnya.
Dalil yang menunjukkan bahwa mereka dari jenis manusia
keturunan Adam ‘alaihissalam adalah apa yang diriwayatkan dalam Shahih
Bukhari dalam Kitabul Anbiya’ bab Qishah Ya’juj wa Ma’juj, dari Abu
Sa’id Al-Khudri
Radhiyallahu’anhu, bahwa Nabi Sallallahu’alaihiwassallam bersabda:
ن أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِي اللَّهم عَنْهم عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى ا عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَقُولُ ا تَعَالَى يَا
آدَمُ فَيَقُولُ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ فِي يَدَيْكَ
فَيَقُولُ أَخْرِجْ بَعْثَ النَّارِ قَالَ وَمَا بَعْثُ النَّارِ قَالَ
مِنْ كُلِّ أَلْفٍ تِسْعَ مِائَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ فَعِنْدَهُ
يَشِيبُ الصَّغِيرُ ) وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى
النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ ا شَدِيدٌ (
قَالُوا يَا رَسُولَ ا وَأَيُّنَا ذَلِكَ الْوَاحِدُ قَالَ أَبْشِرُوا
فَإِنَّ مِنْكُمْ رَجُلًا وَمِنْ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ أَلْفًا…
Allah subhanahuwata’ala berfirman kepada Adam: “Wahai
Adam.” Maka Adam menjawab: “Labbaika wa sa’daika wal khairu fi yadaika
(Aku sambut panggilan-Mu dengan senang hati dan kebaikan semuanya di
tangan-Mu).” Kemudian Allah subhanahuwata’ala berfirman: “Keluarkan
pasukan penghuni neraka.” Maka Adam bertanya: “Apa itu pasukan penghuni
neraka?” Allah subhanahuwata’ala berfirman: “Mereka dari setiap
seribu orang, sembilan ratus Sembilan puluh sembilan orang!” Maka ketika
itu anak kecil menjadi beruban, setiap yang hamil melahirkan apa yang
dikandungnya, dan kamu lihat orang-orang seakan-akan mabuk padahal
mereka tidak mabuk, tetapi karena adzab Allah subhanahuwata’ala yang
sangat keras. Kemudian para sahabat bertanya: “Siapa yang satu
itu, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Bergembiralah sesungguhnya
penghuni neraka itu dari kalian satu dan dari Ya’juj wa Ma’juj
seribu….” (HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari, juz 6 hal.382)
Dari hadits di atas kita dapatkan beberapa faedah:
Pertama: Ya’juj wa Ma’juj adalah calon penghuni neraka.
Kedua: jumlah Ya’juj wa Ma’juj sangat besar.
Ketiga: bahwa Ya’juj wa Ma’juj dari jenis manusia keturunan Adam.
Sifat-sifat Ya’juj wa Ma’juj
Walaupun mereka dari jenis manusia keturunan
Adam, namun mereka memiliki sifat khas yang berbeda dari manusia biasa.
Ciri utama mereka adalah perusak dan jumlah mereka yang sangat besar
sehingga ketika mereka turun dari gunung seakanakan air bah yang
mengalir, tidak pandai berbicara dan tidak fasih, bermata kecil (sipit),
berhidung kecil, lebar mukanya, merah warna kulitnya seakan-akan
wajahnya seperti perisai dan lain-lain. Disebutkan dalam riwayat Al-Imam Ahmad rahimahullahu, dari Ibnu Harmalah, dari bibinya, dia berkata:
وَهُوَ عَاصِبٌ إِصْبَعَهُ مِنْ n خَطَبَ رَسُولُ ا لَدْغَةِ
عَقْرَبٍ فَقَالَ: إِنَّكُمْ تَقُولُونَ لَا عَدُوَّ وَإِنَّكُمْ لَا
تَزَالُونَ تُقَاتِلُونَ عَدُوًّا حَتَّى يَأْتِيَ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ
عِرَاضُ الْوُجُوهِ صِغَارُ الْعُيُونِ شُهْبُ الشِّعَافِ مِنْ كُلِّ
حَدَبٍ يَنْسِلُونَ كَأَنَّ وُجُوهَهُمُ الْمَجَانُّ الْمُطْرَقَةُ
Rasulullah sallallahu’alaihi wassallam berkhutbah dalam
keadaan jarinya tersengat kalajengking. Beliau bersabda: “Kalian
mengatakan tidak ada musuh. Padahal sesungguhnya kalian akan terus
memerangi musuh sampai datangnya Ya’juj wa Ma’juj, lebar mukanya, kecil
(sipit) matanya, dan ada warna putih di rambut atas. Mereka mengalir
dari tempat-tempat yang tinggi, seakan-akan wajah-wajah mereka seperti
perisai.” (HR. Ahmad)
Ya`juj dan Ma`juj Sudah Ada Sekarang
Ya`juj dan Ma`juj sudah ada dan terus dalam
keadaan turun-temurun (beranak pinak), tidak meninggal satu orang dari
mereka, kecuali lahir seribu orang lebih. Sebagaimana disebutkan dalam
riwayat Abdullah bin ‘Amr radhiallahuanhu yang
diriwayatkan Al-Hakim rahimahullahu dalam Mustadrak-nya.
Namun alhamdulillah Allah subhanahuwata’ala telah
bentengi mereka dari kita, yaitu dengan sebab menakdirkan munculnya
Dzulqarnain yang dengan kemampuannya membuat benteng yang terbuat dari
besi dan tembaga. Allah subhanahuwata’ala berfirman: “Kemudian dia
menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga apabila dia telah sampai
di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan keduanya, suatu kaum
yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata:
‘Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya`juj dan Ma`juj itu
orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami
memberikan suatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara
kami dan mereka?’ Dzulqarnain berkata: ‘Apa yang telah dikuasakan oleh
Rabbku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan
kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara
kamu dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi.’ Hingga apabila
besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah
Dzulqarnain:
‘Tiuplah (api itu).’ Hingga apabila besi itu sudah menjadi
(merah seperti) api, diapun berkata: ‘Berilah aku tembaga (yang
mendidih) agar kutuangkan ke atas besi panas itu.’ Maka mereka tidak
bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melubanginya.
Dzulqarnain
berkata:
‘Ini (dinding) adalah rahmat dari Rabbku, maka apabila
sudah datang janji Rabb-ku Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan
janji Rabbku itu adalah benar’.” (Al-Kahfi:92-98)
Kesombongan Ya’juj dan Ma’juj
Ya`juj dan Ma`juj ketika keluar tidaklah
melewati sesuatu kecuali dirusaknya. Tidaklah melewati danau kecuali
meminumnya hingga habis. Tidaklah mendapati manusia kecuali dibunuhnya
sampai ketika mereka merasa menang membantai seluruh penduduk bumi, dia menantang penduduk langit. Inilah kesombongan yang luar biasa dari Ya`juj wa Ma`juj.
ثُمَّ يَسِيرُونَ حَتَّى يَنْتَهُوا إِلَى جَبَلِ الْخُمَرِ
وَهُوَ جَبَلُ بَيْتِ الْمَقْدِسِ فَيَقُولُونَ: لَقَدْ قَتَلْنَا مَنْ فِي
الْأَرْضِ هَلُمَّ فَلْنَقْتُلْ مَنْ فِي السَّمَاءِ. فَيَرْمُونَ
بِنُشَّابِهِمْ إِلَى السَّمَاءِ فَيَرُدُّ اللهُ عَلَيْهِمْ نُشَّابَهُمْ
مَخْضُوبَةً دَمًا
“Kemudian mereka berjalan dan berakhir di gunung Khumar,
yaitu salah satu gunung di Baitul Maqdis. Kemudian mereka berkata:
“Kita telah membantai penduduk bumi, mari kita membantai penduduk
langit.” Maka mereka melemparkan panah-panah dan tombak-tombak mereka ke
langit. Maka Allah subhanahuwata’ala kembalikan panah dan tombak-tombak
mereka dalam keadaan berlumuran darah.” (HR. Muslim dalam kitab
Al-Fitan wa Asyrathus Sa’ah) Yakni mereka mengira bahwa darah tersebut bukti
kemenangan mereka melawan penduduk langit. Maka Allah subanauwata’ala
binasakan seluruhnya pada saat puncak kesombongan mereka dalam waktu
yang hampir bersamaan.
Binasanya Ya’juj dan Ma’juj dengan doa Nabi Isa ‘alaihissallam
Diriwayatkan dari An-Nawwas Ibni Sam’an dalam hadits yang panjang.
Di antaranya sebagai berikut:
إِذْ أَوْحَى اللهُ إِلَى عِيسَى إِنِّي قَدْ أَخْرَجْتُ
عِبَادًا لِي لَا يَدَانِ لِأَحَدٍ بِقِتَالِهِمْ فَحَرِّزْ عِبَادِي إِلَى
الطُّورِ وَيَبْعَثُ اللهُ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ وَهُمْ مِنْ كُلِّ
حَدَبٍ يَنْسِلُونَ فَيَمُرُّ أَوَائِلُهُمْ عَلَى بُحَيْرَةِ طَبَرِيَّةَ
فَيَشْرَبُونَ مَا فِيهَا وَيَمُرُّ آخِرُهُمْ فَيَقُولُونَ لَقَدْ كَانَ
بِهَذِهِ مَرَّةً مَاءٌ وَيُحْصَرُ نَبِيُّ اللهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ
حَتَّى يَكُونَ رَأْسُ الثَّوْرِ لِأَحَدِهِمْ خَيْرًا مِنْ مِائَةِ
دِينَارٍ لِأَحَدِكُمُ الْيَوْمَ فَيَرْغَبُ نَبِيُّ اللهِ عِيسَى
وَأَصْحَابُهُ فَيُرْسِلُ اللهُ عَلَيْهِمُ النَّغَفَ فِي رِقَابِهِمْ
فَيُصْبِحُونَ فَرْسَى كَمَوْتِ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ ثُمَّ يَهْبِطُ نَبِيُّ
اللهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى الْأَرْضِ فَلَا يَجِدُونَ فِي الْأَرْضِ
مَوْضِعَ شِبْرٍ إِلَّا مَلَأَهُ زَهَمُهُمْ وَنَتْنُهُمْ فَيَرْغَبُ
نَبِيُّ اللهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى اللهِ فَيُرْسِلُ اللهُ طَيْرًا
كَأَعْنَاقِ الْبُخْتِ فَتَحْمِلُهُمْ فَتَطْرَحُهُمْ حَيْثُ شَاءَ اللهُ
ثُمَّ يُرْسِلُ اللهُ مَطَرًا لَا يَكُنُّ مِنْهُ بَيْتُ مَدَرٍ وَلَا
وَبَرٍ فَيَغْسِلُ الْأَرْضَ حَتَّى يَتْرُكَهَا كَالزَّلَفَةِ ثُمَّ
يُقَالُ لِلْأَرْضِ أَنْبِتِي ثَمَرَتَكِ وَرُدِّي بَرَكَتَكِ…
Ketika Allah subhanahuwata’ala mewahyukan kepada Isa
‘alaihissalam: Sesungguhnya aku mengeluarkan hamba-hamba-Ku yang tidak
ada kemampuan bagi seorang pun untuk memeranginya. Maka biarkanlah
mereka hamba-hamba-Ku menuju Thuur. Lalu Allah subhanahuwata’ala
keluarkan Ya’juj wa Ma’juj dan mereka mengalir dari tiap-tiap tempat
yang tinggi. Kemudian mereka melewati danau Thabariyah1, dan meminum
seluruh air yang ada padanya. Hingga ketika barisan paling belakang
mereka sampai di danau tersebut mereka berkata: “Sungguh dahulu di sini
masih ada airnya.” Ketika itu terkepunglah Nabiyullah Isa ‘alaihissallam
dan para sahabatnya.
Hingga kepala sapi ketika itu lebih berharga untuk
mereka daripada seratus dinar kalian sekarang ini. Maka Isa dan para
sahabatnya berharap kepada Allah subhanahuwata’ala. Maka Allah
subhanahuwata’ala pun mengirim sejenis ulat yang muncul di leher mereka.
Maka pagi harinya mereka seluruhnya binasa menjadi bangkai-bangkai
dalam waktu yang hampir bersamaan. Kemudian turunlah (dari gunung Thuur)
Nabiyullah Isa dan para sahabatnya, maka tidak didapati satu jengkal
pun tempat kecuali dipenuhi oleh bangkai dan bau busuk mereka. Maka Nabi
Isa ‘alaihissallam pun berharap (berdoa) kepada Allah
subhanahuwata’ala. Maka Allah subhanahuwata’ala mengirimkan
burung-burung yang lehernya seperti unta, membawa bangkai-bangkai mereka
dan kemudian dilemparkan di tempat yang Allah subhanahuwata’ala
kehendaki2. Kemudian Allah kirimkan hujan yang tidak menyisakan satu pun
rumah maupun kemah, lalu membasahi bumi hingga menjadi licin. Kemudian
dikatakan kepada bumi itu: ‘Tumbuhkanlah buahbuahanmu dan kembalilah
berkahmu…” (HR. Muslim)
Wajib Beriman dengan berita Ya`juj wa Ma`juj
Berita tentang Ya`juj wa Ma`juj adalah berita dari
Allah subhanahuwata’ala dan Rasul-Nya, sehingga seorang muslim yang
beriman wajib menerimanya. Bukankah ciri-ciri orang yang bertakwa adalah
beriman kepada hal ghaib yang dikabarkan oleh Allah subhanahuwata’ala dan
Rasul-Nya? Dan termasuk hal yang ghaib adalah apa yang akan terjadi pada
akhir zaman, termasuk berita akan keluarnya Ya`juj wa Ma`juj? Namun
sebagian kaum muslimin, khususnya kaum Mu’tazilah dan para rasionalis
atau orang-orang yang terpengaruh oleh mereka, menolak berita-berita
hadits yang -menurut anggapan mereka- tidak masuk akal. Mereka
menganggap hadits-hadits tersebut hanya akan membuat orang lari dari
Islam.
Ketika mereka mendengarkan hadits-hadits tentang diangkatnya Nabi
Isa ‘alaihissallam dalam keadaan hidup, akan turunnya beliau pada akhir
zaman, berita tentang Dajjal – yang sudah ada wujudnya dalam keadaan
terbelenggu- atau tentang Ya`juj wa Ma`juj yang masih beranak-pinak dan
terus menerus berupaya untuk keluar dari benteng yang dibuat oleh
Dzulqarnain, dan lain-lainnya. Mereka benar-benar gelisah, panas dadanya
seraya berkata: “Untuk apa hadits-hadits seperti ini disampaikan.
Hadits-hadits ini akan menjadikan manusia semakin jauh dari Islam.”
Mereka melontarkan olok-olok, celaan, dan berbagai macam ucapan
penolakan terhadap hadits-hadits tersebut. Keadaan mereka ini persis
seperti yang dikatakan oleh para ulama tentang ahlul bid’ah:
Ahmad bin Sinan Al-Qaththan rahimahullahu berkata:
”Tidak ada di dunia ini seorang mubtadi’ (ahli bid’ah) pun kecuali akan
membenci ahlil hadits. Jika seseorang mengada-adakan kebid’ahan niscaya
akan dicabut kelezatan hadits dari hatinya.” (Aqidatussalaf wa Ashhabul
Hadits hal. 300)
Abu Nashr bin Sallam Al-Faqih rahimahullahu berkata:
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat dan lebih dibenci bagi orang-orang
mulhid (sesat) daripada mendengarkan hadits dengan riwayat dan
sanadnya.” (AqidatusSalaf Ashhabil Hadits hal. 302)
Penutup
Sebagai nasihat dan peringatan untuk kita dan seluruh kaum muslimin, kami nukilkan beberapa ucapan para ulama dalam masalah ini:
Al-Imam Ahmad bin Hambal rahimahullahu
menyatakan: “Barangsiapa yang menolak hadits Nabi
salallahu’alaihiwassallam, maka dia berada di pinggir jurang
kehancuran.” (Thabaqat Al-Hanabilah, 2/11 dan Al-Ibanah, 1/269; lihat
Ta’zhimus Sunnah hal. 29)
A l – I m a m A l – B a r b a h a r i
rahimahullahu menegaskan: “Jika engkau mendengar seseorang mencela
riwayat-riwayat (yakni riwayat hadits yang shahih), menolaknya atau
menginginkan selainnya, maka curigailah keislamannya dan jangan ragu kalau dia adalah pengekor hawa nafsu, ahlul bid’ah.”(Syarhus Sunnah hal. 51)
Abul Qashim Al-Ashbahani rahimahullahu
menerangkan: Ahlus Sunnah dari kalangan salaf berkata: “Barangsiapa
mencerca riwayat-riwayat hadits, maka sepantasnya untuk dituduh
keislamannya.” (Al-Hujjah fi Bayanil Mahajjah 2/248. Lihat Ta’zhimus
Sunnah, hal. 29)
Al-Imam Az-Zuhri –imamnya para imam pada
zamannya- berkata: “Dari Allah subanahuwata’ala keterangannya,
Rasulullah sallallahu’alaihiwassalam yang menyampaikannya, maka
kewajiban kita adalah menerimanya.” (Aqidatus Salaf Ashhabil Hadits,
hal. 249)
Beliau berkata juga: “Diriwayatkan dari salaf bahwa kaki Islam tidak akan kokoh, kecuali di atas fondasi at-taslim (yakni
menerima dan tunduk pada seluruh ucapan Allah subhanahuwata’ala dan
Rasul-Nya, pent.).” (Aqidatus Salaf Ashhabul Hadits hal. 200) Wallahu
a’lam.
Catatan kaki:
1 Danau
Tiberias/Galilea, terletak di wilayah pendudukan Yahudi, tepatnya di
barat daya Dataran Tinggi Golan. Merupakan sumber air tawar bagi warga
Yahudi-Israel.
2 Dalam riwayat lain, dilemparkan ke laut. (HR. Hakim dalam Mustadrak-nya, dan Al-Imam Ahmad dalam Musnad-nya)
*********************
Ya’juj dan Ma’juj Sudah Muncul?
Penulis: Al-Ustadz Abulfaruq Ayip Syafruddin
Ya`juj
dan Ma`juj, bangsa yang nanti akan muncul menjelang hari kiamat memang
sudah ada sekarang di sebuah wilayah yang dipagari oleh sebuah
“benteng”. Namun benarkah mereka telah berhasil menembus dinding besi
dan tembaga yang mengisolir mereka selama ini kemudian mewujud dalam
bangsa yang mendiami wilayah Rusia dan negara-negara pecahan Soviet di
Asia Tengah dan sebagian Eropa? Dan benarkah mereka adalah bangsa Mongol
(Tartar)?
Asyrathus Sa’ah (أَشْرَاطُ السَّاعَةِ) mengandung pengertian
asy-syarthu (الشَّرْطُ) yang bermakna tanda (al-‘alamah). Bentuk
jamaknya asyrath (أَشْرَاطٌ). Tanda sesuatu adalah permulaannya. Misal,
seorang komandan, berarti dia adalah orang yang di depan memimpin
pasukan (bawahannya). Sedangkan kata as-sa’ah (السَّاعَةُ) secara bahasa
memiliki makna satu bagian dari bagian-bagian malam dan siang. Bentuk
jamaknya sa’at (سَاعَاتٌ) dan sa’a (سَاعَ). As-Sa’ah menurut istilah
syar’i yaitu waktu terjadinya kiamat.
Disebut kiamat lantaran cepatnya
hisab pada hari itu, atau pada waktu itu manusia terkejut dalam hentakan
sesaat, kemudian semua mengalami kematian dalam satu tiupan.
(An-Nihayah fi Gharibil Hadits, Lisanul ‘Arab, dan Al-Qamus Al-Muhith.
Lihat Asyrathus Sa’ah, karya Yusuf Al-Wabil)
Maka, Asyrathus Sa’ah adalah tanda-tanda kiamat yang mendahului tibanya (hari kiamat) serta menunjukkan akan dekatnya.
Tanda-tanda kiamat terbagi menjadi dua bagian, yaitu asyrath shughra,
yaitu tanda-tanda yang mendahului kiamat dalam rentang waktu yang
panjang, seperti pudarnya ilmu (di tengah kehidupan umat, pent.),
berkembangnya kebodohan (terhadap agama), merebaknya minuman keras,
banyaknya bangunan bertingkat, dan lain-lain. Adapun yang kedua, yaitu
asyrath kubra. Ini merupakan tanda-tanda yang berupa kejadian-kejadian
besar yang terjadi menjelang hari kiamat. Apa yang terjadi merupakan
peristiwa-peristiwa yang luar biasa, seperti kemunculan Dajjal, turunnya
Isa ‘alaihissalam, keluarnya Ya`juj dan Ma`juj, serta terbitnya
matahari dari barat. (Asyrathus Sa’ah, karya Yusuf Al-Wabil)
Al-Qur`an mengungkap fenomena kemunculan Ya`juj dan Ma`juj sebagai bagian dari kejadian-kejadian menjelang hari kiamat.
حَتَّىٰٓ إِذَا فُتِحَتۡ يَأۡجُوجُ وَمَأۡجُوجُ وَهُم مِّن ڪُلِّ حَدَبٍ۬ يَنسِلُونَ (96
(97 وَٱقۡتَرَبَ ٱلۡوَعۡدُ ٱلۡحَقُّ فَإِذَا هِىَ شَـٰخِصَةٌ أَبۡصَـٰرُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ يَـٰوَيۡلَنَا قَدۡ ڪُنَّا فِى غَفۡلَةٍ۬ مِّنۡ هَـٰذَا بَلۡ ڪُنَّا ظَـٰلِمِينَ
“Hingga apabila dibukakan (dinding) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka
turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah
kedatangan janji yang benar (hari kiamat), maka tiba-tiba terbelalaklah
mata orang-orang yang kafir. (Mereka berkata): ‘Aduhai, celakalah kami,
sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah
orang-orang yang zhalim’.” (Al-Anbiya`: 96-97)
Juga dalam surat Al-Kahfi ayat 92-99 dinyatakan pula perihal Ya`juj dan Ma`juj:
ثُمَّ أَتۡبَعَ سَبَبًا (92
حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ بَيۡنَ ٱلسَّدَّيۡنِ وَجَدَ مِن دُونِهِمَا قَوۡمً۬ا لَّا يَكَادُونَ يَفۡقَهُونَ قَوۡلاً۬ (93
قَالُواْ يَـٰذَا ٱلۡقَرۡنَيۡنِ إِنَّ يَأۡجُوجَ وَمَأۡجُوجَ مُفۡسِدُونَ فِى ٱلۡأَرۡضِ فَهَلۡ نَجۡعَلُ لَكَ خَرۡجًا عَلَىٰٓ أَن تَجۡعَلَ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَهُمۡ سَدًّ۬ا (94
قَالَ مَا مَكَّنِّى فِيهِ رَبِّى خَيۡرٌ۬ فَأَعِينُونِى بِقُوَّةٍ أَجۡعَلۡ بَيۡنَكُمۡ وَبَيۡنَہُمۡ رَدۡمًا (95
ءَاتُونِى زُبَرَ ٱلۡحَدِيدِۖ حَتَّىٰٓ إِذَا سَاوَىٰ بَيۡنَ ٱلصَّدَفَيۡنِ قَالَ ٱنفُخُواْۖ حَتَّىٰٓ إِذَا جَعَلَهُ ۥ نَارً۬ا قَالَ ءَاتُونِىٓ أُفۡرِغۡ عَلَيۡهِ قِطۡرً۬ا (96
فَمَا ٱسۡطَـٰعُوٓاْ أَن يَظۡهَرُوهُ وَمَا ٱسۡتَطَـٰعُواْ لَهُ ۥ نَقۡبً۬ا (97
قَالَ هَـٰذَا رَحۡمَةٌ۬ مِّن رَّبِّىۖ فَإِذَا جَآءَ وَعۡدُ رَبِّى جَعَلَهُ ۥ دَكَّآءَۖ وَكَانَ وَعۡدُ رَبِّى حَقًّ۬ا (98
وَتَرَكۡنَا بَعۡضَہُمۡ يَوۡمَٮِٕذٍ۬ يَمُوجُ فِى بَعۡضٍ۬ۖ وَنُفِخَ فِى ٱلصُّورِ فَجَمَعۡنَـٰهُمۡ جَمۡعً۬ا (99
“Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi).
Hingga apabila
dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan
keduanya, suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka
berkata: ‘Hai Dzulqarnain1, sesungguhnya Ya`juj dan Ma`juj itu
orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami
memberikan suatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara
kami dan mereka?’
Dzulqarnain berkata: ‘Apa yang telah dikuasakan oleh
Rabbku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka bantulah aku dengan
kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara
kalian dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi.’ Hingga apabila
besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah
Dzulqarnain: ‘Tiuplah (api itu).’ Hingga apabila besi itu sudah menjadi
(merah seperti) api, diapun berkata: ‘Berilah aku tembaga (yang
mendidih) agar kutuangkan ke atas besi panas itu.’ Maka mereka tidak
bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melubanginya. Dzulqarnain
berkata: ‘Ini (dinding) adalah rahmat dari Rabbku, maka apabila telah
datang janji Rabbku Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji
Rabbku itu adalah benar.’ Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk
antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu
Kami kumpulkan mereka itu semuanya.”
Kemunculan Ya`juj dan Ma`juj merupakan satu dari tanda-tanda kiamat
besar. Ini sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Al-Imam
Muslim rahimahullahu dari Hudzaifah bin Usaid Al-Ghifari radhiyallahu
‘anhu, ia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam muncul di hadapan
kami di mana saat itu kami tengah berbincang-bincang. Maka beliau
bertanya: “Apa yang kalian perbincangkan?” Mereka (para shahabat)
menjawab: “Kami sedang berbincang tentang hari kiamat.”
Lantas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّهَا لَنْ تَقُومَ حَتَّى تَرَوْنَ قَبْلَهَا عَشْرَ
آيَاتٍ، فَذَكَرَ الدُّخَانَ، وَالدَّجَّالَ، وَالدَّابَّةَ، وَطُلُوعَ
الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَنُزُولَ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَيَأْجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ، وَثَلاَثَةَ خُسُوفٍ:
خَسْفٌ بِالْـمَشْرِقِ وَخَسْفٌ بِالْـمَغْرِبِ وَخَسْفٌ بِجَزِيرَةِ
الْعَرَبِ، وَآخِرُ ذَلِكَ نَارٌ
تَخْرُجُ مِنْ الْيَمَنِ تَطْرُدُ
النَّاسَ إِلَى مَحْشَرِهِمْ
“Sesungguhnya tidak akan terjadi hari kiamat hingga kalian melihat
sebelumnya sepuluh tanda. Kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyebutkan: Muncul Dajjal, binatang, matahari terbit dari barat, Isa
bin Maryam turun (ke bumi), Ya`juj dan Ma`juj, tiga khusuf2, yaitu di
timur, barat, dan jazirah Arab. Lantas akhir semua itu muncul api yang
keluar dari Yaman yang menghalau manusia ke tempat berkumpul mereka.”
(Shahih Muslim, Kitabu Al-Fitan wa Asyrathu As-Sa’ah)
Bahkan dalam hadits yang berasal dari An-Nawwas bin Sam’an
radhiyallahu ‘anhu (dalam Shahih Muslim) disebutkan kemunculan Ya`juj
dan Ma`juj ini dalam satu rangkaian dengan kemunculan Dajjal, Isa bin
Maryam, lantas muncul Ya`juj dan Ma`juj. Semua peristiwa tersebut adalah
peristiwa-peristiwa yang akan mendahului terjadinya hari kiamat.
Nampaklah bahwa peristiwa demi peristiwa jelang hari kiamat merupakan
peristiwa yang tersusun bagai marjan dalam satu untaian tali. Al-Imam
Ahmad rahimahullahu meriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu
‘anhuma, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْآيَاتُ خَرَزَاتٌ مَنْظُومَاتٌ فِي سِلْكٍ فَإِنْ يُقْطَعِ السِّلْكُ يَتْبَعْ بَعْضُهَا بَعْضًا
“Tanda-tanda hari kiamat (bagaikan) marjan yang disusun dalam untaian
tali. Bila tali itu putus, maka terikutlah sebagian pada sebagian
(lainnya).” (Musnad Ahmad 12: 6-7, hadits no. 7040. Ahmad Syakir
rahimahullahu berkata, “Sanadnya shahih.” Al-Haitsami rahimahullahu
berkata, “Hadits ini diriwayatkan Ahmad dan di dalamnya terdapat Ali bin
Zaid yang bagus haditsnya.” Majma’uz Zawaid, 7/321. Lihat Asyrathu
As-Sa’ah, Yusuf Al-Wabil, hal. 246)
Ya`juj dan Ma`juj merupakan anak keturunan Nabi Adam ‘alaihissalam
(manusia). Dalil yang menunjukkan mereka dari anak cucu Adam adalah
hadits yang diriwayatkan Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu dari Abu Sa’id
Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, beliau bersabda:
يَقُولُ اللهُ تَعَالَى: يَا آدَمُ. فَيَقُولُ: لَبَّيْكَ
وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ فِي يَدَيْكَ. فَيَقُولُ: أَخْرِجْ بَعْثَ
النَّارِ. قَالَ: وَمَا بَعْثُ النَّارِ؟ قَالَ: مِنْ كُلِّ أَلْفٍ تِسْعَ
مِائَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ فَعِنْدَهُ يَشِيبُ الصَّغِيرُ ﭽ ﭣ ﭤ ﭥ ﭦ ﭧ ﭨ ﭩ ﭪ ﭫ ﭬ ﭭ ﭮ ﭯ ﭰ ﭱ ﭼ. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَأَيُّنَا ذَلِكَ الْوَاحِدُ؟ قَالَ: أَبْشِرُوا فَإِنَّ مِنْكُمْ رَجُلاً وَمِنْ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ أَلْفًا
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Wahai Adam.” Adam menjawab:
“Aku sambut panggilan-Mu dan dengan bahagia aku penuhi perintah-Mu,
segala kebaikan berada di tangan-Mu. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman, “Keluarkanlah utusan (penghuni) neraka.” Adam bertanya, “Apa
utusan (penghuni) neraka itu?” Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dari setiap 1.000 orang ada 999 orang.” Maka, ketika itu anak-anak
kecil rambutnya beruban, yang hamil melahirkan kandungannya, dan kamu
lihat manusia mabuk padahal mereka tidak mabuk, akan tetapi karena adzab
Allah Subhanahu wa Ta’ala yang teramat keras. Para shahabat bertanya,
“Siapa satu yang selamat dari kita itu, wahai Rasulullah?” Beliau jawab,
“Bergembiralah, karena kamu hanya seorang sedang dari kalangan Ya`juj
dan Ma`juj seribu orang.” (Shahih Al-Bukhari, Kitab Al-Anbiya` Bab
Qishshah Ya`juj wa Ma`juj)
Berdasar hadits ini pula, Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di
rahimahullahu menyatakan bahwa Ya`juj dan Ma`juj adalah keturunan
manusia. Kata beliau, “Hadits ini jelas sekali menyatakan bahwa Ya`juj
dan Ma`juj adalah keturunan Adam.” Demikian pula Asy-Syaikh Muhammad bin
Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu dalam Tafsiru Surati Al-Kahfi
menyebutkan bahwa dengan hadits ini kita mengetahui kesalahan mereka
yang berpendapat Ya`juj dan Ma`juj bukan berujud seperti manusia.
Sebagian mereka sangat pendek dan sebagian lagi sangat tinggi tubuhnya.
Sebagian telinganya terpentang dan yang lain berlipat. Semuanya
merupakan dongeng Israiliyat. Tidak boleh kita membenarkan (begitu
saja), bahkan harus dikatakan bahwa sesungguhnya mereka termasuk bani
Adam (manusia), hanya saja mereka kemungkinan berbeda seperti perbedaan
(di antara) manusia karena keadaan lingkungannya.” Demikian kata
Asy-Syaikh Al-Utsaimin rahimahullahu.
Karakteristik Ya`juj dan Ma`juj di muka bumi ini adalah melakukan kerusakan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قَالُواْ يَـٰذَا ٱلۡقَرۡنَيۡنِ إِنَّ يَأۡجُوجَ وَمَأۡجُوجَ
مُفۡسِدُونَ فِى ٱلۡأَرۡضِ فَهَلۡ نَجۡعَلُ لَكَ خَرۡجًا عَلَىٰٓ أَن
تَجۡعَلَ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَهُمۡ سَدًّ۬ا
“Mereka berkata, ‘Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya`juj dan Ma`juj
itu orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi….” (Al-Kahfi: 94)
Kata Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullahu, yang
dimaksud Al-Ifsad (membuat kerusakan) di muka bumi mencakup semua
perbuatan yang tidak baik dan tidak memperbaiki. Merusak dengan
membunuh, merampok atau merampas, penyimpangan, kesyirikan, dan dalam
segala hal.
Ibnu Katsir rahimahullahu saat memberi penjelasan pada ayat:
حَتَّىٰٓ إِذَا فُتِحَتۡ يَأۡجُوجُ وَمَأۡجُوجُ وَهُم مِّن ڪُلِّ حَدَبٍ۬ يَنسِلُونَ
“Hingga apabila dibukakan (dinding) Ya`juj dan Ma`juj, dan mereka
turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.” (Al-Anbiya’: 96)
disebutkan bahwa (mereka) orang-orang yang cepat dalam berjalan guna membuat kerusakan.
Al-Imam Muslim rahimahullahu dalam Shahih-nya meriwayatkan dengan
memberi tambahan (pada hadits An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu)
setelah lafal “di danau ini pernah ada air” dengan sabda beliau yang
artinya: “Kemudian mereka berjalan hingga Gunung Khumar, yaitu gunung di
Baitul Maqdis, maka mereka (Ya`juj dan Ma`juj) berkata, ‘Sungguh kita
telah membunuh penduduk bumi. Maka, marilah kita bunuh penduduk langit.’
Lalu mereka melepaskan anak panah mereka ke langit, kemudian Allah
Subhanahu wa Ta’ala kembalikan anak-anak panah mereka itu kepada mereka
dengan berlumuran darah. (Shahih Muslim, tambahan hadits no. 2937)
Begitulah laku lampah Ya`juj dan Ma`juj. Destruktif, membuat onar,
berbuat kerusakan di muka bumi. Timbul pertanyaan, kapan Ya`juj dan
Ma`juj muncul? Sudahkah Ya`juj dan Ma`juj muncul di era lalu atau bahkan
di zaman sekarang ini?
Ada beberapa kalangan yang berpendapat bahwa Ya`juj dan Ma`juj telah
ada dewasa ini. Seperti dinukil Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir
As-Sa’di rahimahullahu dalam kitabnya Ya`juj wa Ma`juj wa Fitnatu
Ad-Dajjal (hal. 21), bahwa Al-Amir Syakib Arsalan dan selainnya
berpandangan sesungguhnya Ya`juj dan Ma`juj adalah negara Soviet atau
sebagian dari mereka. Tidak diragukan sesungguhnya mereka adalah bagian
dari Ya`juj dan Ma`juj. Demikian diungkapkan Al-Amir Syakib Arsalan.
Lain halnya dengan Sayyid Quthub. Dia berpendapat, secara tarjih,
bukan yakin, bahwa janji Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk melubangi
dinding telah terjadi serta Ya`juj dan Ma`juj telah keluar. Mereka
adalah bangsa Tartar yang muncul pada abad ke-7 Hijriyah. Mereka telah
menghancurkan kerajaan-kerajaan Islam dan menebar kerusakan di muka
bumi. (Asyrathu As-Sa’ah, Yusuf Al-Wabil hal. 378)
Dalam hadits An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa
Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan kepada Isa ‘alaihissalam akan
keluarnya Ya`juj dan Ma`juj yang tidak ada seorang pun mampu memerangi
mereka, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Isa ‘alaihissalam
menjauhkan kaum mukminin dari jalan yang ditempuh Ya`juj dan Ma`juj
seraya berfirman: “Kumpulkan hamba-hamba-Ku ke gunung Ath-Thur.” (lihat
Asyrathu As-Sa’ah, Yusuf Al-Wabil hal. 369)
Berdasarkan hadits An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu dalam
Shahih Muslim, maka akan nampak bahwa kemunculan Ya`juj dan Ma`juj
bersamaan masa dengan kehadiran Isa ‘alaihissalam. Maka apabila Ya`juj
dan Ma`juj dinyatakan telah muncul, tentu akan timbul pertanyaan,
bagaimana dengan Isa ‘alaihissalam?
Asy-Syaikh Muhammad Al-Amin bin Muhammad Al-Mukhtar Asy-Syinqithi
rahimahullahu menyatakan setelah beliau rahimahullahu memaparkan hadits
An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu yang panjang, “Berdasar hadits
shahih ini, sungguh aku telah melihat penjelasan Nabi Shallallahu ‘alahi
wa sallam: ‘Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mewahyukan
kepada Isa bin Maryam perihal keluarnya Ya`juj dan Ma`juj setelah
terbunuhnya Dajjal.’ Barangsiapa yang menyatakan bahwa mereka (Ya`juj
dan Ma`juj) adalah Rusia, dan dinding itu telah roboh sejak dulu, maka
pendapatnya tersebut menyelisihi apa yang telah dikabarkan Ash-Shadiqu
Al-Mashduq (Rasulullah) Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka batil.
Karena sesungguhnya, yang menentang kabar Ash-Shadiq adalah pendusta
yang membahayakan, sebagaimana dimaklumi. Tidak ada sesuatu yang kuat
dalam Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
bisa memalingkan hadits (An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu, ed.)
ini yang anda telah melihat keshahihan sanadnya serta memberi kejelasan
dalil-dalilnya tentang maksud yang dituju.
Pada hakekatnya, yang menjadi sandaran bagi orang-orang yang
menyatakan bahwa Ya`juj dan Ma`juj adalah Rusia, dan sandaran
orang-orang mulhid (atheis) bahwa Ya`juj dan Ma`juj itu tidak ada
wujudnya, adalah alasan-alasan logika, yang telah menjadi keyakinan
pemiliknya.” (Adhwa`u Al-Bayan fi Idhah Al-Qur`an bi Al-Qur`an, hal.
141-142)
Menurut mereka, kalau Ya`juj dan Ma`juj itu sudah ada di
balik benteng tersebut, tentu sudah ditemukan lokasinya. Apalagi dengan
adanya kemajuan teknologi yang pesat dan alat-alat yang canggih untuk
mendeteksi keberadaan mereka. Tapi, karena tidak ada orang yang
menemukan mereka atau lokasi mereka, berarti Ya`juj dan Ma`juj belum
pernah ada.
Logika seperti ini dapat dibantah dengan realita bahwa banyak hal
yang masih belum mampu diungkap hakekatnya, secanggih apapun teknologi
yang dikuasai manusia. Ruh misalnya. Ruh, yang demikian dirasakan
keberadaannya, selalu menyertai, tetapi belum pernah terungkap
eksistensi dan substansinya.
Maka, yang menjadi salah satu tanda-tanda datangnya hari kiamat
besar, yaitu keluarnya Ya`juj dan Ma`juj pada akhir zaman, belum
terjadi. Sebab, hadits-hadits yang shahih menunjukkan bahwa Ya`juj dan
Ma`juj keluar setelah Isa ‘alaihissalam turun ke bumi. Dialah yang
berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar membinasakan Ya`juj dan
Ma`juj. Allah Subhanahu wa Ta’ala pun lantas membinasakan dan membuang
bangkai mereka ke laut, serta mengamankan negara-negara dan
hamba-hamba-Nya dari kejahatan Ya`juj dan Ma`juj.
Wallahu ta’ala a’lam.