VIDIO PILIHAN

Cari Blog Ini

TV @ FARDHU TV online- Saudi Quran tv channel live online

CLIK TONTON TV ISLAM

Isnin, 14 Februari 2011

DARI SUDUT YANG MANA MENCARI TUHAN

DARI SUDUT YANG MANA MENCARI TUHAN
SEGI KEINDAHAN

OLEH: HAMKA

MENURUT penyelidikan ahli Ilmu Jiwa, adalah jiwa kita manusia ini mempunyai tiga sudut yang penting di dalam memperhubungkan diri dengan Alam. Pertama perasaan. kedua pikiran dan ketiga kemauan. Katanya, apabila perasaan kita yang lebih terkemuka dari antara ketiga sudut itu, maka kita akan menjadi seorang Seniman. Dan apabila pikir­an yang lebih. terutama, niacaya kita akan menjadi seorang Filasuf. Dan jika Kemauan (Iradat) yang lebih terkemuka, inilah alit bahwa orang­nya akan menjadi pahlawan atau seorang pemimpin yang terkemuka dalam bangsanya, atau seorang ahli agama yang membawa paham perharuan.
Maka apabila kita cenderung ke dalam seni dan keindahan (estetika) cobalah rasai Adanya Allah di dalam keindahan Alam. Fikirkanlah sia­pakah dan apakah kekuatan titan tenaga yang menyebarkan keindahan ini, sehingga nampak segala sesuatu dengan tersusun dan teratur°

Pandanglah dia di dalam kebesaran laut dan kebesaran bukit dan gunung Keindahan Matahari seketika terbit dan seketika terbenam.

Da­lam keindahan bentuk dan keindahan alam. Sehinggapun angin sepoi yang melambaikan pada serumpun bambu di pinggir hutan, sehingga menimbulkan kicut penggeseran di antara suatu batting dengan batting yang lain, pun mengandung ajaibnya keindahan. Alam yang luas itu ke­lihatan hening tetapi dia senantiasa bekerja. Tiap dipandang tidak nam­pak suatu keganjilan.

Rasa seni akan bangkit melihat fajar menyingsing, dan tidak lama kemudian matahari pun terbit, dan margasatwa berbunyi bersahut-sahutan. Engkau lihat embun pagi menyentak naik, dan semangat baru meliputi alam di sekitarmu

Engkau seakan-akan puas, meskipun tidak minum.
Engkau seakan-akan kenyang, meskipun tak makan.

Bahkan hempasan ombak ke tepi pantai, diiringkan oleh angin lautan yang nya­man, seakan-akan memandikan jiwa kita sendiri.

Bilamana hari telah malam, kita lihat pula bintang berselerak di halaman langgit Dia berkelap-­kelip, seakan-akan orang tersenyum dan yang disenyumi ialah kita.

Me­lihat itu semuanya, bukanlah sedikit kesannya kepada jiwa kita sendiri. Seakan-akan kita telah menjadi ahli waria dari Alam itu, dan kitapun jatuh cinta kepadanya.
Kerana dari dialah timbul keindahan yang telah rnerekam jiwa kita.

Kesudahannya kitapun cintalah kepada diri kita sendiri, sebab diri itu mencintai Alam. Dalam terharu yang bersangatan, lantaran terpesona oleh Keindahan Alam, tidak tahu-tahu terlompatlah dari mulut kita ucapan yang betul-betul keluar dari hati:

'Allah"

Suatu keindahan yang tidak patus-putuslah Alam itu. Kitapun ber­syukur dapat mengenal dan mengecap keindahan itu. Terasa bahwa diri kita sendiri adalah sebahagian daripada Alam. bertambah terang pelita hati kita, bertambah terang pulalah mata kita melihai Alam. Dan tidak ada ucapan lain yang sekaligus dapat mencetuskan apa yang terasa dalan hati kita, selain suatu kalimat saja: Allah

Itulah intisari kehidupan Seniman


PIKIRAN, ILMU DAN FILSAFAT


Bertambah lanjut pikiran dan Ilmu, bertambah terceganglah kita melihat ganjil dan hebatnya undang-undang atau peraturan yang ada da­lam Alam. Ilmu kita hanya dapat mengetahui adanya aturan itu. Tetapi kita sendiri tidak dapat menciptakan yang lebih indah dari itu.

Kita ha­nya dapat menyusun aturan baru, yang tidak boleh keluar dari acuan aturan yang ash dalam Alam itu. Dari pintu manapun kita boleh masuk! Baik dari logika atau dari Ilmu Hitung tertinggi. Dari Ilmu Handash (ukur) atau Kimia, dan dari many saja.

Sejak dari atom yang sehabia-habia kecil sampai kepada Matahari yang sehabia-habia besar dalam lingkungan'Alam kita, dan beribu Mata­hari dalam lingkungan Alam lain. Sejak dari pasir hales sampai kepada helot dan gunung Sejak dari bumi sampai kepada langit Pada semuaya itu terdapat aturan umum, menurut yang terdapat pada zarrah yang kecil. Peredaran proton neutron dan elektron dalam lingkungan zarrah, sama aturannya dengan peredaran Matahari kita dengan bintang-­bintang sayarahnya. Sehingga yang satu dapat dikiaskan kepada, yang lain.

Setiap maju ilmu Pengetahuan itu selangkah lagi ke muka, setiap ber­temu pulalah undang-undang baru, yang tadinya belum dikenal. Sehing­ga Openheimer sarjana Atom Amerika yang terbesar itu, takjub melihat besarnya revolusi yang ada dalam kalangan Ilmu Pengetahuan yang membukakan kemungkinan-kemungkinan baru dan besar, yang selama ini tidak dapat dikira-kirakan.

Teori `relatif yang dikemukakan oleh Einstein bagi orang yang beriman, menambah lagi Imannya bahwasa­nya kekuasaan Mutlak terletak di tangan Tuhan. Apatah lagi setelah ahli fizik yang terkenal Marcel Schein mendapat pula teori baru, bahwasa­nya proton ada lawannya (antinya). Bila bersentuh proton dengan anti­proton, maka keduanya akan Baling menghancurkan. Kerananya, anti­proton dapat menghancurkan segala benda yang tersusun daripada proton, termasuk bumi!- Maka kalau selama ini agama itu mengajarkan bahwa Qiamat mesti datang, dengan mejunya ilmu Pengetahuan, iman kitapun bertambah.
Teori Marcel Schein ini menghilangkan keraguan selama ini tentang Qia­mat itu. Selama ini kita tidak dapat memikirkan tentang adanya kemus­nahan. Kita hanya berpikir tentang perubahan keadaan benda. Kalau undang-undang yang tersembunyi di dalam Alan itu belum diketahui, bukanlah ertinya dia tidak memhunyai aturan, melainkan kitalah yang `belum tahu aturan'.

Kalau kita ingkari bahwa undang-undang itu ada pada seluruh Yang Ada, yang ganjil dan dahsyat, ertinya kita memungkiri adanya,llmu pe­ngetahuan itu sendiri. Sebab llmu Pengetahuan ialah mencari dan me­ngetahui undang-undang itu. Dan dengan demikian Filsafatpun baru kita mungkiri adanya. Sebab akhir dari ilmu adalah awal dari Filsafat.

Tidak syak lagi bahwasanya ini diatur dengan undang-undang yang dapat diterima oleh dasar hukum yang ada dalam Akal kita sendiri. Ka­lau undang-undang itu tidak dapat diterima oleh akal, itupun lebih mus­tahil. Sehingga bolehlah ditegaskan bahwasanya memungkiri adanya Akal, sama ertinya dengan memungkiri adanya Alam. Sebab itu maka Al-Farabi mengatakan bahwasanya perjalanan seluruh Alam ini diatur oleh dan dengan `Al-`Aglul Awwal' (Akal pertama).

Yang dikatakan Kosmos atau Yang Ada, atau Al-Koon ialah Benda, gerak, ruang dan waktu, dan undang-undang dan ada pengaturnya.

Akal kita sendiri berhenti hingga itu. Yaitu apabila ada undang-un­long, pasti ada pembuat undang-undang. Dari pintu yang mana pun kita masuk, kita mesih tertumpu kepada kepastian adanya pengatur.

Kalau kita katakan itu ialah tabiat (natuurwet) itu sendiri, yang be­bas merdeka di dalam benda, bukan di luarnya; maka berbilanglah kebebasan dan kemerdekaan sebanyak benda, tegasnya sebanyak zarrah itu.

Mengapa zarrah itu sacara aturannya, padahal masingnya be­bas?
Kalau kita katakan dia telah sepakat begitu, nampaklah bahwa ma­sing-masingnya tidak ada yang merdeka lagi, kerana telah terikat oleh sesuatu yang bernama kesepakatan!

Kalau dikatakan bahwasanya naturwet (undang-undang) dalam ben­da itu bebas bertindak sendiri, maka ujud itupun kacaulah, tidak ada persesuaian, kerana tidak ada yang mengatur. Tidak ada yang mengatur, ertinya tidak ada aturan. Padahal aturan itu ada!

Kalau dikatakan bah­wa kerna zarrah itu hersamaan (paralel)', nyatalah bahwa sampai ke ujung masing-masingnya tidak akan bertemu. Padahal dalam segalanya jelas pertemuan!
Kalau dikatakan persamaannnya itu adalah kebetulan sebab semuanya merdeka, timbul pula keraguan kembali atas kemerde­kaannya itu. Sebab kemerdekaan masing-masingnya hanya dapat dibuk­tikan jika kita melihat berlainan jalannya.
Sebab itu memutuskan bahwa pengatur itu tidak ada, adalah memu­tuskan ,suatu pikiran dalam kekacauannya. Sebah lebih sangat sukar me­ngatakan bahwa zarrah itu mengatur dirinya sendiri, dan lebih sukar lagi jika dikatakan bahwa zarrah itu menjadikan dirinya sendiri atau terjadi sendiri.

Kalau ditetapkan pula suatu kemungkinan bahwa Pengatur itu me­mang ada, dan dia bebas daripada bench, ruang waktu, dan berbuat se­kehendaknya, maka dengan sendirinya kita memindahkan kesulitan me­mikirkan bench kepada kesulitan memikirkan pengatur. Kalau sudah itu yang dipikirkan, sendirinya kitapun keluarlah dari hokum yang sama ini menjadi pedoman menggunakan akal, yaitu `sebab-akibat' (caus­ation). Sebah hokum sebab-akibat hanya dapat dipakai dalam Alam dan akal itu sendiripun termasuk Alam juga. Maka nyatalah bahwa Akal tak kuasa, tak `competent' boat sampai ke daerah itu.

Perjalanan hanya hingga itu, yakni ADA YANG MENGATUR. Titik! Terpaksa kita pusing kembali ke dalam Alam tadi. Dan.itu lebih baik, sebab di setiap-tiap sudutnya ada undang-undang yang dahsyat, satunya melebihi yang lain. Yang jelas nampak ialah kesatuan Aturan. Di mana saja!

Anak baru lahir, belum bergigi:- -Ada susu!
Gigi sudah tumbuh, tetapi masih lunak: -Ada pisang!
Pencernaan sudah mulai kuat: gigipun sudah kuat tumbuhnya.
Setiap bahagian dari tubuh manusia ada tugasnya sendiri.

Diri manu­sia adalah kerajaan hesar, tempat segala makl~Iuk meniru rneneladan di dalarn mendirikan Kerajaannya. Ditekan pada alif, mengontak sampai kepada ya'a!

APAKAH HIDUP ITU?

Memang, ilmu telah sangat maju dan pengetahuan manusia telah da­pat dibanggakan. Terutama pada dua abad yang akhir ini, adalah kema­juan Ilmu Fiaika yang sangat mengagumkan, sehingga jika ditakdirkan nenek-moyang kita yang hidup tiga atau empat abad yang telah lalu, ke­luar dari dalam kuburnya, sekali limas ia akan mengatakan bahwa omit manusia yang sekarang ini adalah tidak manusia lagi.

llmu ketabiban dan pembedahan, sudah sangat maju. Obit-obit yang baru dan ajaib khasiatnya, Venesilin saja misalnya, bukan sedikit menolong mengurangi penderitaan manusia.

Alit dan teknik, mesin dan jentera pendapat baru, membuat manusia abad sekarang menjadi bangga, seakan-akan manusia telah dapat me­nunduk dan menaklukkan Alam. Tetapi dapatkah sarjana yang bagai­mana juapun pintarnya menciptakan nyawa? Dan dapatkah mereka menjawab jika ditanyakan:

`Apakah hidup itu?

Dari mana datangnya dan bagaimana kesudahannya?'
Dengan cepat orang dapat memberikan jawab bahwa segala yang hi­dup itu, baik tumbuh-tumbuhan, baik binatang atau manusia sekalipun, adalah susunan sel. Dan setiap sel adalah susunan kimia dari karbon, lridrogerz dan oksigen dan hidrogen. Kalau anasir telah tersusun menurut pergenapan tertentu, terciptalah sel.

Baiklah! Susunlah segala anasir itu menurut ukuran yang tertentu, namun sarjana itu tak juga dapat memberinya hidup.

Tuhan mengambil misal di dalarn Qur'an tentang binatang yang ha­nya kecil saja, dan dirasa tidak penting, yaitu langau!

Sesungguhnya apa yang kamu puja selain daripada Allah itu tiadalah sanggup menciptakan lengau, walaupun mereka berkumpul bersama-­sama untuk itu. Dan jikalau lengau merampas daripada mereka ba­rang .sesuatu, tidaklah mereka sanggup menolongnya; lemah yang menuntut dan lernah yangdituntut.

Semuanya, sejak dari yang kecil sampai kepada yang besar, tersusun dari karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen.

Tetapi sarjana yang kata­nya mengetahui itu hanya sekadar dapat mengetahui yang ada, namun mereka tidak sanggup memberinya hidup.

Hidup itu sendiri tidaklah sanggup seorang juapun manusia mengupasnya, mencari pangkal­nya dan menurut hujungmya.

Kesanggupan manusia hanyalah sekeliling beneh. Dan di antara anasir beneh dengan anasir hidup, terdapatlah se­suatu jurang yang sangat dalam, yang tidak dapat diseberangi lagi oleh ilmu.

Mau tidak mau, sesampai di sana manusia terpaksa tunduk. Setinggi-­tingginya hanya dapat mengetahui khasiat barang yang ada, tetapi tak sanggup mencipta. Sekali lagi terlompatlah dari mulut: `ALLAH'. Bilamana ucapan `ALLAH' telah terlompat dari mulut, meliputilah dia kepada segala yang dipikirkan itu.

Beribu ahli pikir, beribu filasuf, beribu sarjana, membanting pikiran buat merenung dan menyelidiki, mencari tahu SiAPA D1A?

Maka datanglah 124,000 Nabi-nabi dan Rasul-rasul, Utusan dari yang memegang dan mencipta segala rahasia itu, menyampaikan jawab itu ke­pada seluruh perikemanusiaan. Dengan lidah mereka disampaikan:­




Ana'llahu La IIaha Illa Ana.
Akulah Allahl Tiada Tuhan melainkan Daku.

Yang tetap kelihatan ialah perubahan. Perubahan itulah ketetapan Alam ini. Daratan dan lautan berubah. Gunung dan bukit, bahkan Gu­nung Himalaya yang terkenal, pun senantiasa berubah.


Himalaya yang sekarang bukanlah Himalaya yang kemarin, dan yang nantipun bukan lagi yang sekarang. Ilmu Geologi telah dapat mengetahui bahwa peratur­an yang tetap dalam Alam ialah berubah. Bumi ini sendiripun, melalui lebih dahulu perubahan-perubahan beribu-ribu, bahkan miliunan tahun, baru meucapai kepada bentuk yang sekarang dan keadaan yang seka­rang.

Mazhar (kesan) yang dipermainkan oleh air, sejak dari hujan, su­ngai, sampai kepada lautan, sampai air itu naik lagi ke udara; gerak yang hebat sebagai gempa bumi, kerana tanah runtuh di dalam perut bumi atau kerana letusan gunung berapi. Ini tenaga yang dinamai `tank-mena­rik' atau apa yang dinamai `letrik', Semuanya itu dicari `sebab-akibatnya oleh sarjana.

`IIlat,ditafsirkan dengan `IIlat yang lain. Sebab dic8ri pula sebabnya. Namun akhirnya dari perjalanan rnengumpul sebab dan akibat, mesti tertumbuk kepada pertanyaan yang tak dapat dijawab lagi.
Kita berdiri ke tepi Taut. Kita lihat ombak bergulung. Lalu .kita ber­tanya:

`Mengapa ombak ini bergulung?'
`Kerana udara!'
`Mengapa udara bergerak?'
`Kerana hawa panas!'
`Dari mans datangnya panas itu?' `Dari Matahari?'
`Siapa yang meletakkan panas pada Matahari?' . . . . Diam!

JALAN TASAUF

Ada lagi jalan ketiga buat mencari Rahasia Kekuasaan Besar itu. Yang dua pertama tadi, jalan seni dan jalan ilmu atau filsafat, adalah jalan yang dimulai dari dalam diri sendiri menuju melihat keluar.

Ada­pun jalan Tasauf ialah merenung ke dalam diri sendiri. Membersihkan diri dan melihatnya dengan berbagai macam latihan (riadhatun nafs), se­hingga kian lama kian terbukalah selubung diri itu dan timbullah caha­yanya yang gemilang, yang dapat menembus segala hijab yang menye­lubunginya selama ini.

Alangkah hebatnya dan besarnya rahasia diri itu. Bukanlah dalam ka­langan Filasuf sendiri, seumpama Socrates, dia suruhnya orang kembali menyelidiki dirinya sendiri. Alangkah besar rahasia yang ada pada diri. Socrates berkata:

`Kenallah dirimu!'


Maka dalam kalangan Tasauf timbullah suatu pepatah yang terkenal:

Barangsiapa yang mengenal akan dirinya, niscaya kenallah ia akan Tuhannya.

Bukan lantaran diri itulah yang Tuhan. Tetapi keinsafan kita akan sulitnya mencari rahasia diri, menimbulkan insaf kita akan Kebesaran Rahasia Tuhan. Tetapi apabila selubung yang menutup diri telah dapat kita hindarkan, niacaya akan insaflah kita kelak bahwasanya di dalam diri itu ada tersimpan kekuatan untuk mencari pengetahuan tentang ha­kikat. Selubung itu, yang senantiasa menghambat perjalanan kits menu­ju rahasia itu, ialah syahwat dan angkara murka kita sendiri. Lobha dari Thama' kita. Dan hidnp yang diperdayakan oleh pengaruh kehendaan.

Jalan Tasauf
-mulanya memakai perasaan, tctapi akhirnya mengguna­kan Iradat (kemauan). Walaupun bagaimana tebalnya dinding yang membatas sehingga selama ini kita tidak dapat mengenal siapa Tuhan, namun kerana kekuatan iradal, dapatlah dinding itu kita tembus

Jalan Tasauf adalah menghendaki suatu bakat istimewa Akal biara, dan Ilmu dengan Sebab akibatnya tidak dapat menerima tctapi sulit inembantalinya. Dia tidak berkehendak kepada 'intelek'. Sebab itu bu­kanlah jarang orang yang 'Ummi', tak pandai tulis baca, dapat mencapai jalan dengan "Tasauf. Kian lama kian payahlah orang membantah bah­wasanya ada orang-orang yang berlatih, dapat menimbulkan hal yang ganjil tetapi benar, dan ilmu tak dapat mengupasnya.

Di zaman 'moden' orang seakan-akan jemu atau mengejek akal kalimat yang mengandung 'kerohanian', ' Terutama orang-orang yang mengatakan dirinya terpelajar Kata mereka soal-soal demikian telah ko­lot. Perasaan ini terutama di Eropah, dan mulai menular ke negeri-negeri Timur.

Tidak pula disesalkan. Sebab kalau menyebul SOal-soal kerohanian itu, mereka teringat sejarah 'Zaman Tengah atau zaman berkuasa kaum agama dengan tidak ada Batas. Di Eropah terdapat beberapa biara. Di negeri-negeri Islam terdapat pula beberapa surau tempat barsuluk Beberapa Syekh Taridat dengan benderanya istimewa penuh tahyul dan khurafat Dan tidak kurang dari serba macam penipuan Tidak kurang pula dukun-dukun tukang hembus dukun cabul tukang tenung (an 'ahli-falakiyah'.

Kitapun mengakui, baik di Barat atau di Timur, bukanlah ilu yang dimaksud dengan kehidupan rohani.

Kehidupan Rohani dapat dipegang oleh seseorang walaupun dia tidaktidak masuk biara kalau dia Nasrani, atau tidak masuk suluk, kalau dial se­orang Islam. Kehidupan Rohani adalah keinsafan bahawa Alam ini bukanlah semata-mata terdiri dari benda Tafsir Alam tidaklah dapat dicari semata-mata dengan teori Darwin tentang 'evolusi' atau tentang struggle for life'. Teori Darwin, meskipun diakui dapat digunakan untuk me­nfsirkan 'Peruhahan yang tetap', yang tadi telah kita ' adanya, numun dia tidak dapat mentafsirkan hidup itu sendiri Baik hidup pada sel atau hidup yang ada pada Alam.

Di sampimg benda adalah Ruh. Pada segenap yang hidnp adalah Ruh! Pada Alam seluruhnya pun adalah Rnha! Dan yang mengatur semuanya itu ialah ALLAH!

Alam berjalan dengan teratur! Allah pengaturnya.
Alam berjalan menurut undang-undang. Allahlah pencipta undang­undang itu. Seluruh Alam indah Allahlah yang menebarkan Keindahan itu!

Hubungan manusia dengan Maha Pencipta dan Pengatur itu, baik dari segi ilmu dan Filsafat, atau segi Seni, atau segi Tasauf yang sejati, adalah mengangkat martabat manusia itu sendiri. Melepaskannya dari­pada ikatan kebendaan, yang selalu mengebat kakinya, sehingga talk da­pat bangun.

Pendirian Kerohanian ini bukanlah mengakibatkan lemah perjuangan hidup. Atau menyisihkan diri dalam pergolakan masyarakat, lalu melari­kan diri ke tempat sunyi dan ke gummg, atau putus-asa dan benci kepa­da kehidupan. Tetapi pendirian kerohanian dan pengakuan yang lulus tentang kekuasaan Ilahi, adalah menimbulkan kesungguh- sungguhan da­lam segala pekerjaan yang dihadapi. Menimbulkan semangat yang dina­mis darn berapi-api. Menyebabkan timbulnya ikhlas dan jujus.

Menjadi seorang saudagar besar, 'Importer-ekspoter', menjadi se­orang profesor yang bertekun mengajarkan itmu yang berfaedah pada sebuah Sekolah Tinggi, menjadi seorang Pegawai Tinggi pada sate Ke­menterian mcnjadi Menteri atau mcnjadi Kepala dari satu Negara, men­jadi seorang Opsir tinggi yang mengarahkan tenaga tentera yang di ba­wah komandonya ke melon perang„ atau mcnjadi seorang Petani yang membuka hutan sekian hahu: silakan semua itu! Dan teruskanlah! Tetapi supaya mendapat kejayaan, pakailah pedoman bahwa di samping bench ada Ruh!

Jangan hanya memntingkan Rub saja, dan melalaikan bcnda. Sebab itu adalah membuat lemah dan lenyapnya hidup- Dan jangan pula menjadi seorang; 'materialis' yang mengorbankan hidup hanya sekadar menyembah atau berkhidmat kepada bcnda. Kerana apabila bcnda dijadi­kan tujuan semata-mata, maka tidaklah ada hujung dwipada keinginan Padahal hidup itu sendiri ada hujungnya! Maka timbullah kekosongan batin, yang `pantang tersinggung Inilah pangkal kecelakaan.

Pengaruh benda menimbulkan hasad dengki, loba dan tamak, benci kepada sesama hidup. Perlumbaan yang tidak berhujung yang dinamai oleh I Filasuf Goethe dan Olswald Spengler 'jiwa Faust'. Dan Nabi Mu­hammad s.a.w. sendiri mengatakan pengaruh benda itu demikian

Jika putera-putera Adam ini mendapat emas sebesar gunung Uhud, dia belum puas sebelum mendapat sebesar itu lagi. Dan kelak, tidak ada yang akan memenuhi perut putera-putera Adam selain tanah.

Al Fathihah buat Allahyarham: Abuya HAMKA.


Requirements: Windows: Windows Media Player 10 , QuickTime , Flash , Mac OS: Flip4Mac , QuickTime , Flash

A Film On The Life Of Holy Prophet Mohammed(P.B.U.H) Movie: The Message(In English)

http://www.tubeislam.com/
View Larger Map # Ceramah Melayu # Ceramah Inggeris # Bacaan Zikir, Selawat, Doa Qunut, Qasida & Nasyid # Bahan Teks dan Dokumen http://habibahmadismail.com/ website website website http://muhdkamil.org/ http://fenditazkirah.blogspot.com/2012/11/hijrah.html klik stop radio

Popular Posts

Blog list